Biji kakao merupakan sumber makanan yang bisa dikatakan paling ajaib dan paling disukai di Muka Bumi karena merupakan sumber cokelat. Bahkan nama resmi pohon kakao, Theobroma cacao, menggambarkan kecintaan abadi sebagian besar dari kita akan buah dari pohon ini. Theobroma berasal dari bahasa Yunani yang berarti "makanan para dewa." Dan, meskipun cokelat menjadi makanan paling populer dan favorit dari biji kakao ini, pilihan yang lebih sehat adalah bubuk kakao mentah.

Bagaimana Bubuk Kakao Dihasilkan?

Untuk menghasilkan bubuk kakao mentah, biji kakao mentah cukup diperas menggunakan perasan bertekanan tinggi untuk menghilangkan lemaknya, dan padatan yang tersisa digiling menjadi bubuk halus. 

Kakao vs Kokoa: Apa Bedanya?

Bubuk kakao mengandung semua nutrisi bermanfaat dan senyawa bermanfaat dari biji kakao mentah tanpa lemaknya. Sebaliknya, bubuk kokoa terbuat dari biji kakao yang dipanggang. Dan meskipun mirip, keduanya berbeda. Dalam pembuatan bubuk kokoa, hingga 90% nutrisi dan senyawa bermanfaat dalam biji kakao mentah dihilangkan.

Bubuk kokoa dihasilkan dari biji kakao yang difermentasi, dikeringkan, dan dipanggang dengan api besar. Dan, dalam metode pemrosesan ala Belanda, bijinya mula-mula dicuci dengan larutan alkali yang mengandung kalium karbonat, natrium karbonat, dan/atau natrium hidroksida. Tujuannya adalah untuk menghilangkan komponen pahit, yang malah semakin mengurangi manfaat kesehatannya. 

Pemrosesan ala Belanda ini mengurangi kandungan flavonoid total hingga 60%. Bijinya digiling menjadi pasta untuk memisahkan dan menghilangkan mentega kokoa dengan atau tanpa alkalinisasi. Padatan yang tersisa digiling menjadi bubuk halus. Dalam proses pembuatan bubuk kokoa, nutrisi dan manfaat kesehatannya hampir sepenuhnya hilang. 

Kakao Kaya akan Flavonoid

Efek menguntungkan dari bubuk kakao mentah sebagian besar karena kandungan flavonoidnya, yang mencapai 48% dari berat kering biji kakao. Sebagai perbandingan, bubuk kokoa hanya mengandung 10% flavonoid. Lima belas gram (kira-kira dua sendok makan) bubuk kakao mentah menyediakan lebih dari 400 mg flavonoid, sedangkan 15 gram bubuk kokoa hanya mengandung 78 mg. 

Flavonoid utama dalam bubuk kakao adalah flavanol seperti yang terkandung dalam teh hijau dan proantosianidin seperti yang terkandung di beberapa tanaman beri serta biji anggur dan ekstrak kulit kayu pinus. 

Ada juga senyawa dalam kakao yang meningkatkan penyerapan flavonoid. Secara keseluruhan, ini merupakan rasio unik dari lemak jenuh yang menyehatkan jantung, yang tidak meningkatkan kadar kolesterol. Serat pangan prebiotik juga meningkatkan efek menguntungkan pada komposisi mikrobioma usus, yang meningkatkan penyerapan polifenol kakao.

Bubuk kakao juga kaya akan nutrisi yang meningkatkan kesehatan jantung, seperti magnesium dan arginin, asam amino yang menghasilkan senyawa oksida nitrat dalam pembuluh darah untuk membantu mengontrol fungsi pembuluh darah dan mencegah pembentukan gumpalan.  

Manfaat Kakao bagi Kesehatan

Sebagian besar penelitian seputar makanan yang mengandung flavonoid kakao berfokus pada kesehatan otak dan jantung. Berikut ringkasan manfaat tersebut:   

  • Melancarkan aliran darah ke otak.
  • Mengoptimalkan fungsi otak dengan meningkatkan jalur pensinyalan yang mendukung konektivitas otak.
  • Meningkatkan kesehatan lapisan pembuluh darah.
  • Melindungi dari kerusakan oksidatif pada kolesterol dan lapisan arteri.
  • Mencegah penggumpalan berlebih dari trombosit darah yang menyebabkan penggumpalan darah.

Manfaat Kakao bagi Jantung

Salah satu cara utama flavonoid kakao menghasilkan efek ini adalah dengan meningkatkan kesehatan dan fungsi sel-sel yang melapisi pembuluh darah. Semua pembuluh darah, dari kapiler kecil hingga aorta, memiliki lapisan yang terdiri dari sel-sel endotel. Jika semua sel endotel tubuh dihamparkan mendatar, maka luas permukaannya hampir setara dengan ukuran lapangan sepak bola. 

Disfungsi endotel merupakan masalah kritis pada penyakit kardiovaskular dan ditemukan pada semua kondisi yang berhubungan dengan fungsi vaskular yang buruk, seperti aterosklerosis, tekanan darah tinggi, dan diabetes. Yang menyebabkan disfungsi endotel ini adalah kerusakan yang disebabkan oleh racun (mis. asap rokok), kadar gula darah yang tinggi, serta kerusakan akibat pro-oksidan seperti kolesterol LDL teroksidasi. 

Flavonoid kakao dapat membantu mencegah kerusakan ini dan meningkatkan kemampuan sel untuk memproduksi oksida nitrat, bahan kimia utama yang digunakan sistem pembuluh darah untuk meningkatkan fleksibilitas pembuluh darah, aliran darah yang tepat, dan pencegahan pembentukan gumpalan.

Manfaat Kakao bagi Otak

Banyak penelitian telah berfokus pada efek menguntungkan dari olahan kakao terhadap kesehatan otak dan fungsi kognitif. Sebagian besar penelitian telah menggunakan bubuk kokoa, tetapi seperti yang disebutkan di atas, bubuk kakao mengandung konsentrasi senyawa utama yang jauh lebih tinggi dan seharusnya memberikan hasil yang lebih baik. 

Penelitian pada bubuk kakao telah memanfaatkan berbagai pengujian standar yang mengevaluasi daya ingat, perhatian, pengambilan keputusan, pemahaman bahasa, serta ukuran lain dari proses mental. Ada lima belas studi buta ganda yang membandingkan produk kokoa dengan plasebo atau produk kokoa rendah flavanol. Dari lima belas percobaan ini, sepuluh menunjukkan efek positif yang signifikan pada fungsi otak, sedangkan lima lainnya tidak menunjukkan efek yang signifikan. 

Namun, penting untuk diperhatikan bahwa bahkan dalam studi di mana peningkatan kognisi tidak dapat ditunjukkan, ada tindakan lain yang menunjukkan peningkatan, seperti pengurangan kelelahan mental, penurunan waktu reaksi, peningkatan kecepatan pemrosesan, peningkatan aliran darah otak atau volume di area otak tertentu, serta peningkatan kadar senyawa otak yang bermanfaat.

Dosis flavanol kokoa dalam lima belas studi ini berkisar dari dosis rendah (mis. 50 mg per hari) hingga 994 mg per hari. Rentang waktu studi ini umumnya berkisar antara satu sampai tiga bulan. 

Manfaat flavanol kakao terlihat pada orang tua dan orang dewasa muda. Dan terkadang, efeknya terlihat dalam dua jam setelah konsumsi. Namun, tingkat dosis yang lebih tinggi dan rentang waktu yang lebih lama umumnya memberikan hasil yang lebih baik pada subjek tua maupun muda.

Dalam salah satu penelitian dengan rancangan terbaik, subjek lansia sehat yang mengonsumsi minuman kokoa dengan kandungan flavanol tinggi (900 mg) selama 3 bulan mengalami peningkatan volume darah di area otak utama (dentate gyrus) yang berkaitan dengan daya ingat. Umumnya, seiring bertambahnya usia, terjadi penurunan aliran darah dan fungsi di area otak ini. Peningkatan volume darah di area ini yang dihasilkan oleh konsumsi flavanol kokoa dikaitkan dengan peningkatan kinerja tugas daya ingat khusus untuk area ini. Penelitian lain telah menunjukkan langkah-langkah objektif tambahan di luar aliran darah yang mendukung flavanol kokoa menghasilkan efek keseluruhan bagi kesehatan otak. Sebagai contoh, beberapa penelitian telah menunjukkan flavanol kokoa dapat meningkatkan faktor neurotropik yang diturunkan dari otak (BDNF) pada orang dewasa yang lebih tua dan lebih muda. Senyawa ini merangsang pembentukan sel-sel otak baru untuk menggantikan sel-sel otak yang rusak atau tua. 

Apakah Kakao Mentah Mengandung Kafein?

Ya, bubuk kakao mentah memang mengandung kafein dan bahkan lebih banyak lagi senyawa serupa yang dikenal sebagai teobromina. Perbedaan yang mencolok adalah teobromina sepuluh kali lebih lemah dibandingkan kafein dalam menghasilkan efek stimulan. Satu porsi yang setara dua sendok makan bubuk kakao mentah menyediakan sekitar 40 mg kafein, kurang dari setengah cangkir kopi, dan sekitar 200 mg teobromina. Secara keseluruhan, efek stimulan dari dua sendok makan kakao mentah kira-kira setara dengan setengah cangkir kopi.

Cara Menggunakan Bubuk Kakao

Menggunakan bubuk kakao mentah bisa menjadi cara termudah dan paling hemat biaya untuk menambahkan flavonoid kakao yang kaya manfaat ke dalam makanan Anda. Berikut adalah beberapa usulan:

  • Tambahkan dua sendok makan bubuk kakao mentah ke dalam smoothie. Jika perlu dipermanis, tambahkan allulose, silitolpemanis buah monk, atau stevia
  • Tambahkan satu sendok makan bubuk kakao mentah dan kurma cincang ke dalam satu porsi yoghurt Yunani tawar.
  • Taburkan bubuk kakao di atas buah segar favorit Anda. Bluberi, stroberi, nanas, dan pisang merupakan pilihan yang tepat.

Resep Minuman Kakao Hangat 

Dan inilah cara favorit saya untuk menambahkan bubuk kakao mentah ke dalam asupan harian saya. Saya memulai prosesnya dengan memanaskan susu almon atau santan, lalu menuangkannya ke dalam mug besar. Setelah itu, saya menambahkan dua hingga tiga sendok makan bubuk kakao dan satu sendok makan allulose (Anda juga bisa menggunakan silitol atau eritritol). Kemudian saya menggunakan pengocok mini untuk mencampurnya. Dan biasanya, saya akan meningkatkan cita rasa minuman spesial ini dengan menambahkan 1 sendok makan minyak kelapa,  ½ hingga 1 sdt kayu manis, ¼ hingga ½ sdt pala, dua tetes ekstrak vanila, dan dua tetes minyak pepermin. 

Referensi:

  1. Montagna MT, Diella G, Triggiano F, Caponio GR, De Giglio O, Caggiano G, Di Ciaula A, Portincasa P. Chocolate, “Food of the Gods”: History, Science, and Human Health. Int J Environ Res Public Health. 2019 Dec 6;16(24):4960.
  2. Andres-Lacueva C, Monagas M, Khan N, Izquierdo-Pulido M, Urpi-Sarda M, Permanyer J, Lamuela-Raventós RM. Flavanol and flavonol contents of cocoa powder products: influence of the manufacturing process. J Agric Food Chem. 2008 May 14;56(9):3111-7.
  3. Goya L, Kongor JE, de Pascual-Teresa S. From Cocoa to Chocolate: Effect of Processing on Flavanols and Methylxanthines and Their Mechanisms of Action. Int J Mol Sci. 2022 Nov 18;23(22):14365. 
  4. Martin MÁ, Ramos S. Impact of cocoa flavanols on human health. Food Chem Toxicol. 2021 May;151:112121.
  5. Tan TYC, Lim XY, Yeo JHH, Lee SWH, Lai NM. The Health Effects of Chocolate and Cocoa: A Systematic Review. Nutrients. 2021 Aug 24;13(9):2909.
  6. Sun Y , Zimmermann D , De Castro CA , Actis-Goretta L . Dose-response relationship between cocoa flavanols and human endothelial function: a systematic review and meta-analysis of randomized trials. Food Funct. 2019 Oct 16;10(10):6322-6330.
  7. Barrera-Reyes PK, de Lara JC, González-Soto M, Tejero ME. Effects of Cocoa-Derived Polyphenols on Cognitive Function in Humans. Systematic Review and Analysis of Methodological Aspects. Plant Foods Hum Nutr. 2020 Mar;75(1):1-11. 
  8. Zeli C, Lombardo M, Storz MA, Ottaviani M, Rizzo G. Chocolate and Cocoa-Derived Biomolecules for Brain Cognition during Ageing. Antioxidants (Basel). 2022 Jul 12;11(7):1353. 
  9. Martín MA, Goya L, de Pascual-Teresa S. Effect of Cocoa and Cocoa Products on Cognitive Performance in Young Adults. Nutrients. 2020 Nov 30;12(12):3691.
  10. Brickman AM, Khan UA, Provenzano FA, Yeung LK, Suzuki W, Schroeter H, Wall M, Sloan RP, Small SA. Enhancing dentate gyrus function with dietary flavanols improves cognition in older adults. Nat Neurosci. 2014 Dec;17(12):1798-803.