Meski ada banyak suplemen berkualitas yang akan dipasarkan di tahun 2023, saya biasanya merekomendasikan tiga bahan terpenting berikut kepada pasien di klinik saya karena terbukti memiliki berbagai manfaat kesehatan.

Mari kita mulai dengan prebiotik dan probiotik! Probiotik merupakan bakteri sehat dalam kapsul dan harus menjadi bagian dari rutinitas harian kebanyakan orang. Prebiotik merupakan makanan yang dikonsumsi oleh bakteri probiotik. Ada banyak manfaat kesehatan dari prebiotik dan probiotik, yang akan kita bahas di bawah ini. 

Yang kedua, kolagen merupakan protein yang terdiri dari asam amino, yakni bahan penyusun kehidupan manusia! Asupan kolagen yang memadai dalam tubuh akan menjadikan otot lebih kuat dan kulit lebih sehat.

Yang terakhir, asam lemak omega-3 juga harus disertakan dalam daftar semua orang. Asam lemak omega-3 secara positif memengaruhi kesehatan otak dan kardiovaskular serta membantu mengurangi peradangan sistemik. 

Probiotik bagi Kesehatan Usus

Sumbu usus-otak

Apakah Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami depresi, kecemasan, daya ingat yang buruk, atau sakit kepala? Jika demikian, usus mungkin berkaitan dengan hal ini. Saya menduga orang tersebut juga mengalami masalah pencernaan dan kembung. Para ilmuwan menyebut hubungan ini sebagai sumbu mikrobiota-usus-otak. Intinya, apa yang terjadi di usus kita dapat memengaruhi apa yang terjadi di otak dan seluruh tubuh kita. 

Manusia memiliki antara 50-100 triliun bakteri usus. Secara total, ada sekitar 1.000 spesies berbeda, yang secara kolektif dikenal sebagai "mikrobioma usus". Bakteri ini memakan makanan yang dikonsumsi seseorang. Saat makan, kita tidak hanya memberi makan diri kita sendiri tetapi juga bakteri dalam usus. Selain mengonsumsi makanan sehat, seseorang dapat meningkatkan kesehatan usus dengan mengonsumsi suplemen prebiotik dan probiotik .  

Apa perbedaan antara prebiotik dan probiotik?

Prebiotik merupakan makanan untuk bakteri usus yang sarat akan jenis karbohidrat tertentu yang disebut oligosakarida. Oligo berarti "beberapa", dan sakarida ditafsirkan sebagai "gula". Bakteri baik di usus memakan gula yang dapat difermentasi ini untuk membantu memastikan keanekaragaman hayati bakteri usus. Intinya, oligosakarida adalah "makanan" bagi tubuh untuk memproduksi probiotiknya sendiri. 

Contoh prebiotik meliputi apel, asparagus, pisang, tanaman dandelion, dan akar chicory. Banyak juga yang memilih untuk mengonsumsi suplemen prebiotik untuk memastikan kesehatan usus yang maksimal.

 Probiotik merupakan kultur hidup bakteri sehat yang terdapat dalam makanan dan formulasi suplemen. Strain yang paling umum meliputi Acidophilus, Bifidobacterium, dan Lactobacillus. Saat memberi makan diri sendiri, kita juga memberi makan triliunan bakteri usus. Makanan sehat mendorong pertumbuhan bakteri menguntungkan, sedangkan konsumsi makanan manis dan olahan secara berlebihan mendorong pertumbuhan bakteri berbahaya, yang menyebabkan kondisi yang disebut usus bocor.

Prebiotik dan probiotik bekerja secara sinergis dan dapat bermanfaat pada saat mengonsumsi antibiotik. 

Pentingnya kesehatan usus

Kondisi kesehatan berikut telah dikaitkan dengan kesehatan usus yang kurang optimal:

  • Kecemasan dan depresi
  • Artritis inflamasi/lupus dan sebagian besar kondisi autoimun
  • Nyeri sendi dan radang sendi
  • Sindrom iritasi usus besar (kembung, gas, diare, sembelit)
  • Sakit kepala migrain
  • Fibromialgia/sindrom kelelahan kronis (nyeri otot yang menyebar, kabut otak)
  • Kolitis ulseratif dan penyakit Crohn (sakit perut kronis dan masalah pencernaan)

Makanan sumber probiotik

Makanan yang mengandung probiotik antara lain yoghurt, sauerkraut, kombucha, dan kimchi. Satu porsi yoghurt mengandung sekitar 1 miliar bakteri hidup, jadi meskipun penting untuk dikonsumsi secara teratur, diperlukan lebih banyak lagi untuk memulihkan keanekaragaman hayati usus yang diinginkan.

Dosis yang dianjurkan

Konsumsi prebiotik sesuai petunjuk pada label. Untuk probiotik, saya merekomendasikan pasien saya mengonsumsi minimal 5 miliar unit sampai 30 miliar unit sekali atau dua kali sehari. Dosis sampai 100 miliar juga dapat diterima, tetapi seseorang mungkin perlu memulai dari yang rendah dan meningkatkan dosisnya seiring berjalannya waktu sesuai daya tahan tubuh.

Kolagen bagi Otot dan Kulit

Apa itu Kolagen?

Kolagen merupakan protein yang paling umum dalam tubuh dan merupakan bahan penyusun tulang, otot, kulit, dan tulang rawan. Kolagen berfungsi sebagai jaringan ikat serta memberikan keutuhan dan elastisitas kulit. 

Para ilmuwan telah mengidentifikasi setidaknya 28 jenis kolagen. Namun, 90 persen kolagen dalam tubuh manusia adalah Tipe 1, Tipe 2, Tipe 3, dan Tipe 5. Hal ini sudah saya bahas lebih detail pada artikel sebelumnya.

Apa yang dilakukan kolagen?

Kolagen juga membantu memastikan persendian seseorang memiliki jangkauan gerak penuh dan membantu memastikan fleksibilitasnya. Berkurangnya penyerapan protein dan menurunnya kemampuan mekanisme perbaikan tubuh untuk membangun kembali sistem pendukung kolagen yang padat mengakibatkan kerusakan tulang rawan dan tendon, yang selanjutnya menyebabkan peningkatan nyeri rematik dan hilangnya fleksibilitas. 

Selain itu, kolagen memberikan elastisitas pada kulit. Seiring bertambahnya usia, elastisitas menghilang sehingga menyebabkan kulit keriput dan semakin mengendur dari tahun ke tahun. Sebagian besar disebabkan oleh kerusakan akibat sinar Ultraviolet (UV), paparan toksin, dan efek tambahan dari stres. Orang yang memiliki melanin tambahan di kulitnya akan memiliki penampilan yang tampak lebih muda karena lebih terlindung dari sinar ultraviolet dan kerusakan ultraviolet. Saya menyebutnya sebagai "perlindungan melano." Sebaliknya, orang-orang dengan kandungan melanin yang lebih sedikit berisiko lebih tinggi mengalami kerusakan akibat sinar matahari berlebih dan peningkatan risiko penuaan dini.

Apa kata penelitian?

Penelitian menunjukkan bahwa suplemen kolagen memiliki banyak manfaat, termasuk mengurangi kerutan wajah dan membantu menghilangkan selulit pada wanita.  

Apa kata sains? Sebuah penelitian tahun 2016 menunjukkan bahwa suplemen kolagen dapat bermanfaat bagi penderita nyeri terkait radang sendi. Dalam penelitian tersebut, 39 orang secara acak diberi 1500 mg asetaminofen (parasetamol) atau asetaminofen (parasetamol) bersama dengan kolagen tipe 2 per hari. Penelitian berlangsung selama tiga bulan. Setelah selesai, orang-orang yang mengonsumsi suplemen kolagen melihat "peningkatan yang signifikan dibandingkan dasarnya." Selain itu, laporan menyebutkan bahwa fungsi pada tubuh semakin membaik, hidup semakin aktif, dan kualitas hidup meningkat. Para penulis menyimpulkan, "...pengobatan kolagen yang dikombinasikan dengan asetaminofen lebih unggul dibandingkan asetaminofen saja untuk pengobatan simtomatik pasien penderita osteoartritis lutut."

Penelitian lain yang dilakukan pada tahun 2006 menyatakan, "Banyaknya bukti yang ada dapat menjadi alasan penggunaan hidrolisat kolagen untuk pasien penderita OA."

Sumber kolagen

Berbagai produsen kolagen menggunakan sumber yang berbeda untuk produk mereka. Beberapa produsen menggunakan bovine (sapi) sebagai sumbernya, dan yang lainnya menggunakan ikan. Suplemen kolagen mengandung berbagai macam asam amino yang diperlukan untuk pertumbuhan rambut serta kesehatan kulit, tendon, dan tulang.

Kolagen merupakan pilihan yang baik bagi orang-orang yang ingin memastikan mereka sudah mendapatkan asam amino yang cukup tetapi ingin mengonsumsinya menggunakan suplemen bebas gluten dan susu. Atlet angkat besi sering menggunakan suplemen kolagen untuk memastikan pertumbuhan otot yang maksimal. Terkadang para atlet juga memilih protein whey bubuk.

Dosis yang Dianjurkan

Ada berbagai formulasi suplemen kolagen oral yang tersedia secara online. Beberapa di antaranya berasal dari bovine (sapi), sedangkan yang lainnya berasal dari laut (ikan). Saya merekomendasikan paling sedikit 3.000 hingga 5.000 mg setiap hari. Mengonsumsi 1.000 hingga 2.000 mg vitamin C juga patut dipertimbangkan untuk membantu mengoptimalkan kekuatan dan produksi kolagen.

Asam Lemak Omega-3 bagi Kesehatan Otak dan Jantung

Mengapa omega-3 penting?

Asam lemak omega-3 sangat penting bagi kesehatan manusia dan dapat dikonsumsi tak peduli apa pun pantangan makanan yang dimiliki seseorang. Asam lemak omega-3, juga dikenal sebagai asam lemak tak jenuh ganda, atau PUFA, berperan penting dalam fungsi sel. 

Asam lemak omega-3 memiliki berbagai manfaat bagi jantung, otak, usus, dan persendian, berkat resolvin, yakni metabolit aktif yang membantu mengurangi peradangan, penyebab utama penyakit.

Apakah kekurangan omega-3 merupakan hal yang umum?

Pada tahun 2018, saya melakukan tes darah untuk memeriksa kadar omega-3; Saya terkejut mengetahui bahwa kadar omega-3 dalam tubuh saya tidak memadai. Meskipun saya mengonsumsi ikan beberapa kali dalam sebulan dan makan kacang-kacangan serta biji-bijian sebagai camilan, saya menyadari bahwa suplemen harian sangat diperlukan. 

Kekurangan Omega-3 lebih sering terjadi dibandingkan yang disadari kebanyakan orang. Sebagai contoh, sebuah penelitian pada Nutrition Journal 2014 menunjukkan bahwa kebanyakan orang tidak mengonsumsi asam lemak esensial dalam jumlah yang cukup. Saya sendiri buktinya.

Apa itu omega-3?

Asam lemak esensial omega-3 sebagian besar terdiri dari asam eikosapentanoat (EPA) dan asam dokosaheksaenoat (DHA). Asam-asam ini merupakan bagian penting dari membran sel dan membantu sel berfungsi secara maksimal.

Sumber makanan

Nutrisi penting ini terkandung dalam berbagai sumber makanan. Namun, jika pola makan seseorang tidak inklusif, ia mungkin akan langsung mengalami defisiensi, seperti yang saya alami. 

Sumber makanan yang sarat akan omega-3 meliputi ikan (makerel, kod, dan salmon yang memiliki kandungan tertinggi), kacang kenari, biji chia, biji rami, biji hemp, edamame, rumput laut, alpukat, dan natto. 

Memastikan kacang-kacangan dan biji-bijian ini selalu tersedia di dapur Anda sangatlah penting. Selain itu, usahakan untuk mengonsumsi ikan minimal seminggu sekali. Tuna rendah merkuri juga merupakan sumber asam lemak omega-3 yang baik dan dapat dikonsumsi secara teratur.

Asam lemak omega-3 meliputi:

  • Asam alfa-linolenat (ALA, asam lemak omega-3) dapat ditemukan dalam biji rami, kacang kenari, kedelai, biji chia, dan biji hemp.
  • Asam eikosapentanoat (EPA atau asam ikosapentanoat) umumnya ditemukan dalam minyak ikan, minyak krill, dan telur (jika ayamnya diberi makan EPA). 
  • Asam dokosaheksaenoat (DHA, asam lemak omega-3) merupakan komponen penting dari otak, kulit, dan mata manusia. Meskipun penting, asam lemak ini tidak dianggap "esensial" karena dapat diproduksi saat seseorang memiliki asupan asam alfa-linolenat (ALA) yang memadai.

Omega-3 dan penyakit jantung

Penyakit Kardiovaskular (CVD), atau penyakit jantung, menjadi pembunuh utama orang-orang di seluruh dunia. Penggunaan tembakau, diabetes, dan pola makan yang buruk juga menjadi penyebab utama. Untungnya, meningkatkan asupan asam lemak omega-3 dalam makanan dan mengonsumsi suplemen dapat bermanfaat.

 Mari kita tinjau penelitian tahun 2013 di Amerika Serikat, yang mencakup 2.837 orang dewasa dari berbagai etnis (kulit putih, Hispanik, Afrika-Amerika, dan Tionghoa-Amerika). Subjek uji mengukur kadar dasar asam lemak omega-3 antara tahun 2000 dan 2002. Peserta diikuti selama satu dekade untuk mengevaluasi risiko serangan jantung dan stroke. Penulis menyimpulkan bahwa "...peningkatan konsumsi n-3 PUFA dari makanan laut dapat mencegah perkembangan CVD pada populasi multietnis." Penelitian ini menunjukkan pentingnya mengoptimalkan asam lemak ini dalam darah.

Omega-3 dan fungsi otak

Menjaga fungsi otak agar berfungsi secara maksimal sangat penting untuk kesuksesan dan kebahagiaan jangka panjang. Gangguan otak yang umum meliputi depresi, kecemasan, dan gangguan kognitif/demensia. Memang benar bahwa depresi dan kecemasan bisa bersifat situasional. Bagi banyak orang, hal ini juga bisa menjadi tantangan seumur hidup.

Sebuah penelitian tahun 2001 menunjukkan EPA (asam lemak esensial) dapat membantu mengobati depresi berat. Sebuah penelitian tahun 2015 pada Integrative Medicine Research [xii] mendukung penggunaan minyak ikan omega-3 dalam pengobatan depresi, sementara penelitian tahun 2017 terhadap 38 anak yang menderita depresi dan kecemasan menunjukkan perbaikan pada sebagian besar anak-anak yang memiliki gejala depresi setelah diberi asam lemak omega-3. Dalam penelitian ini, gejala kecemasan pada anak-anak tidak mengalami perbaikan secara signifikan.

Kedua, penurunan kognitif dan demensia menjadi dilema terbesar yang dihadapi populasi dunia yang kian menua. Karena kondisi ini menjadi lebih umum, biaya perawatan bagi penuaan populasi ini akan meningkat secara eksponensial. Menemukan pendekatan baru untuk mempertahankan daya ingat dan mempertajam kecepatan otak sangatlah penting. Selain pola makan sehat dan olahraga, asam lemak omega-3 juga berperan penting.

Sebuah penelitian tahun 2022 mengevaluasi 2.183 peserta bebas demensia dan stroke dengan usia rata-rata 46 tahun. Para peneliti menilai kadar asam lemak omega-3 dalam darah dan juga mengukur ukuran hippocampus otak menggunakan pencitraan MRI. Hippocampus merupakan bagian dari otak yang terlibat dalam pembentukan daya ingat. Para peneliti menyimpulkan bahwa penelitiannya "menunjukkan bahwa konsentrasi asam lemak Omega-3 yang lebih tinggi terkait dengan struktur otak dan fungsi kognitif yang lebih baik…". Berdasarkan informasi ini, memastikan seseorang memiliki kandungan omega-3 yang cukup dalam makanannya, dibarengi dengan konsumsi suplemen berperan penting dalam menjaga fungsi otak.

Asam lemak omega-3 juga telah terbukti bermanfaat bagi penderita ADHD, radang sendi, asma, tekanan darah tinggi, peningkatan trigliserida, dan sakit kepala migrain.

Dosis yang dianjurkan

Kebanyakan orang mengonsumsi minyak ikan antara 500 mg hingga 4.000 mg per hari. Jika mengonsumsi dalam dosis yang lebih tinggi, pertimbangkan untuk mengonsumsi setengah di pagi hari dan setengah di malam hari. EPA/DHA juga tersedia dalam bentuk vegan. Minyak ikan tersedia dalam bentuk cair, kapsul, dan bahkan formulasi bergetah. Saya merekomendasikan 1.000 hingga 4.000 mg setiap hari. 

 Referensi: 

  1. Yadav MK, Kumari I, Singh B, Sharma KK, Tiwari SK. Probiotics, prebiotics and synbiotics: Safe options for next-generation therapeutics. Appl Microbiol Biotechnol. 2022 Jan;106(2):505-521. doi: 10.1007/s00253-021-11646-8. Epub 2022 January 11. PMID: 35015145; PMCID: PMC8749913.
  2. Inoue, N., Sugihara, F. and Wang, X. (2016), Ingestion of bioactive collagen hydrolysates enhance facial skin moisture and elasticity and reduce facial ageing signs in a randomised double-blind placebo-controlled clinical study. J. Sci. Food Agric., 96: 4077–4081. doi:10.1002/jsfa.7606.
  3. Schunck M, Zague V, Oesser S, Proksch E. Dietary Supplementation with Specific Collagen Peptides Has a Body Mass Index-Dependent Beneficial Effect on Cellulite Morphology. Journal of Medicinal Food. 2015;18(12):1340-1348. doi:10.1089/jmf.2015.0022.
  4. Accessed December 1, 2022 https://www.eajm.org//en/effects-of-native-type-ii-collagen-treatment-on-knee-osteoarthritis-a-randomized-controlled-trial-132887
  5. Accessed December 2, 2022 https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1185/030079906X148373
  6. Moro, K., Nagahashi, M., Ramanathan, R., Takabe, K., & Wakai, T. (2016). Resolvins and omega three polyunsaturated fatty acids: Clinical implications in inflammatory diseases and cancer. World Journal of Clinical Cases, 4(7), 155-64
  7. American Journal of Clinical Nutrition. 2015 Dec;102(6):1357-64. doi: 10.3945/ajcn.115.116384. Epub 2015 November 11.
  8. Papanikolaou Y, Brooks J, Reider C, Fulgoni VL. U.S. adults are not meeting recommended levels for fish and omega-3 fatty acid intake: results of an analysis using observational data from NHANES 2003–2008. Nutrition Journal. 2014;13:31. doi:10.1186/1475-2891-13-31.
  9. Circulating and Dietary Omega‐3 and Omega‐6 Polyunsaturated Fatty Acids and Incidence of CVD in the Multi‐Ethnic Study of Atherosclerosis de Oliveira Otto et al. Journal of the American Heart Association, Volume 2, Issue 6. November 2013.
  10. International Journal of Clinical Practice. 2001 Oct;55(8):560-3.
  11. Wani AL, Bhat SA, Ara A. Omega-3 fatty acids and the treatment of depression: a review of scientific evidence. Integrative Medical Research. 2015;4(3):132-141.
  12. Trebatická J, Hradečná Z, Böhmer F, et al. Emulsified omega-3 fatty-acids modulate the symptoms of depressive disorder in children and adolescents: a pilot study. Child Adolescent Psychiatry Mental Health. 2017;11:30. Published 2017 July 5. doi:10.1186/s13034-017-0167-2.
  13. Association of Red Blood Cell Omega-3 Fatty Acids With MRI Markers and Cognitive Function in Midlife: The Framingham Heart Study Claudia L. Satizabal, Jayandra Jung Himali, Alexa S. Beiser, Vasan Ramachandran, Debora Melo van Lent, Dibya Himali, Hugo J. Aparicio, Pauline Maillard, Charles S. DeCarli, William Harris, Sudha Seshadri Neurology Oct 2022