Dalam dunia suplemen makanan yang komprehensif, sulit untuk memisahkan suplemen yang benar-benar efektif dan aman dari suplemen yang memiliki kandungan berlebihan. Dengan janji peningkatan kesehatan dan umur panjang, bagaimana Anda bisa membedakan suplemen mana yang didukung oleh sains dan mana yang hanya sekadar mengikuti tren? Di sini, kita akan membahas seputar suplemen yang didukung oleh bukti ilmiah yang kuat.

Kreatina

Kreatina merupakan senyawa yang terbentuk dari asam amino L-arginina, glisina, dan L-metionina. Senyawa ini berperan penting dalam metabolisme energi, kinerja otot, dan pemulihan. Kreatina juga dapat digunakan untuk meningkatkan kapasitas latihan berintensitas tinggi dan massa tubuh tanpa lemak (bukan massa lemak) selama latihan. Kekhawatiran awal mengenai keamanan kreatina telah terbantahkan. Penelitian telah menemukan bahwa kreatina tidak menyebabkan rambut rontok atau peningkatan kadar asam urat, tidak menyebabkan kerusakan ginjal pada orang sehat, dan tidak berhubungan dengan dehidrasi atau kram otot. 

Bukti yang muncul menunjukkan bahwa suplementasi kreatina mampu meningkatkan simpanan kreatina di otot dan otak. Hal ini sangat penting terutama selama periode stres, seperti gangguan tidur dan penuaan, yang menyebabkan penurunan kadar kreatina di otak. Sebuah meta-analisis tahun 2022 (penelitian yang menggabungkan hasil dari beberapa penelitian) menunjukkan bahwa suplementasi kreatina dapat meningkatkan kinerja memori pada individu sehat, terutama pada orang dewasa yang lebih tua (66-76 tahun).

Dosis umum kreatina adalah 5 mg per hari dalam bentuk Kreatina Monohidrat. Bentuk bubuk cenderung sulit larut dalam air dingin dengan suhu ruangan, sehingga perlu dicampur dengan air hangat. 

Protein Bubuk

Kekuatan otot yang lebih besar dikaitkan dengan tingkat kematian yang lebih rendah akibat semua penyebab, jadi penting untuk memaksimalkan kekuatan otot di masa muda, mempertahankan kekuatan otot di usia paruh baya, dan meminimalkan kehilangan otot di usia tua. Nutrisi dan latihan kekuatan dapat memperlambat atau membalikkan pelemahan otot, gangguan fungsional, dan kecacatan, sehingga pedoman klinis menyarankan agar kita meningkatkan asupan protein. 

Beberapa penelitian melaporkan bahwa tikus hidup lebih lama dengan diet rendah protein, sehingga beberapa orang merekomendasikan diet rendah protein agar berumur panjang. Namun, hal ini belum terbukti pada manusia. Kita perlu menjaga kekuatan otot untuk mempertahankan kemampuan dan ketahanan dalam melawan penyakit seiring bertambahnya usia. Selain itu, sebuah penelitian pada tahun 2020 melaporkan bahwa asupan protein total yang lebih tinggi dikaitkan dengan tingkat kematian yang lebih rendah akibat semua penyebab, sehingga mendukung manfaat protein makanan yang direkomendasikan sebesar 1,6-2,2 g/kg berat badan/hari. Ingatlah bahwa asupan yang lebih tinggi dari 1,62 g/kg/hari tidak berkontribusi lebih jauh terhadap peningkatan massa otot yang disebabkan oleh latihan kekuatan. Orang dewasa yang lebih tua harus menargetkan asupan protein sebesar 2 g/kg/hari (yaitu 160 g protein untuk individu dengan berat 80 kg). Asupan yang lebih tinggi ini akan membantu orang lanjut usia mengompensasi hilangnya otot dan fakta bahwa saluran pencernaan mereka tidak menyerap protein sebaik orang yang lebih muda.

International Society of Sports Nutrition merekomendasikan berbagai macam makanan berprotein yang dikonsumsi sepanjang hari, dengan jarak 3-4 jam. Protein yang terkandung dalam protein bubuk sangat tersedia secara hayati, dan bubuk, yang idealnya tidak mengandung garam dan gula tambahan, dapat dicampur dengan smoothie dan minuman kocok. 

Trimetilglisina (TMG atau betain)

TMG membantu mempercepat daur ulang adenosin trifosfat (ATP, peredaran energi sel). Ini dapat meningkatkan sintesis protein otot dan meningkatkan kinerja dengan mencegah kelelahan selama melakukan aktivitas berintensitas tinggi. 

Dalam tinjauan sistematis tahun 2017, suplementasi TMG terbukti meningkatkan kekuatan hanya jika dikombinasikan dengan latihan kekuatan. Faktanya, TMG mungkin paling efektif bila dikombinasikan dengan latihan kekuatan berintensitas tinggi, sehingga TMG cenderung bekerja paling baik saat melakukan latihan dengan kebutuhan metabolisme yang tinggi. Sebagai contoh, TMG meningkatkan VO2max (kebugaran aerobik) dan kinerja lari cepat berulang pada pemain sepak bola remaja profesional. Sebaliknya, suplementasi TMG dengan atau tanpa suplementasi kreatina tidak memengaruhi kinerja kekuatan pada individu yang tidak terlatih. 

Homosistein merupakan asam amino yang meningkatkan risiko penyakit Alzheimer saat kadarnya dalam darah meningkat. Oleh karena itu, menurunkan kadar homosistein yang tinggi dalam darah merupakan salah satu intervensi yang paling menjanjikan untuk membantu mencegah penyakit Alzheimer. TMG mengurangi kadar homosistein dalam darah. Diperlukan riset lebih lanjut mengenai efek TMG pada tingkat demensia, akan tetapi, mengingat pengetahuan terkini tentang manfaatnya, dosis umum TMG berada di kisaran 500 mg-1 g per hari.  

Vitamin dan Mineral

Sebuah penelitian melaporkan bahwa 31% populasi AS berisiko mengalami setidaknya satu defisiensi vitamin atau anemia. Orang-orang umumnya kesulitan mencapai angka kecukupan gizi untuk semua zat gizi mikro, terutama vitamin B3, vitamin D3, vitamin K2seng, dan magnesium, dari diet saja. Sebuah penelitian besar baru-baru ini menunjukkan bahwa suplementasi multivitamin-mineral harian yang dikonsumsi selama tiga tahun mampu meningkatkan kognisi secara keseluruhan pada orang dewasa yang lebih tua. Kebanyakan suplemen multivitamin secara signifikan melampaui angka kecukupan gizi, namun saat memilih suplemen multivitamin atau mineral, pilihlah suplemen yang menghindari 'dosis tinggi' dan diformulasikan untuk melengkapi diet sehat. 

Omega-3

Tiga asam lemak omega-3 utama adalah alfa-linolenat (ALA), asam eikosapentanoat (EPA), dan asam dokosaheksaenoat (DHA). ALA merupakan asam lemak esensial (tubuh tidak dapat memproduksinya), sehingga Anda harus mendapatkannya dari makanan dan minuman. Tubuh mengubah sejumlah kecil ALA menjadi EPA dan DHA. Akan tetapi, mendapatkan dua asam lemak omega-3 marine ini dari makanan atau suplemen makanan menjadi satu-satunya cara untuk meningkatkan kadarnya di dalam tubuh. EPA dan DHA banyak ditemukan pada minyak ikan, minyak krill, minyak hati ikan kod, dan produk vegetarian yang mengandung minyak alga.

Penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa orang yang rutin mengonsumsi ikan mengalami perbaikan kognitif yang signifikan dibandingkan dengan mereka yang tidak mengonsumsi ikan. Temuan ini mendorong hipotesis bahwa suplemen minyak marine omega-3 dapat mengatasi penurunan kognitif. Akan tetapi, bukti mengenai hal ini dari uji coba terkontrol acak masih sangat sedikit. Sebagai contoh, suplemen omega-3 yang dikonsumsi setiap hari tidak meningkatkan kognisi pada orang lanjut usia yang sehat secara kognitif, pada orang lanjut usia dengan kondisi mata yang dikenal sebagai degenerasi makula terkait usia, atau bahkan pada pasien dengan penyakit Alzheimer ringan/sedang. Temuan ini sejalan dengan beberapa meta-analisis yang menunjukkan bahwa dibandingkan dengan plasebo, suplementasi omega-3 tidak memengaruhi fungsi kognitif pada orang lanjut usia yang sehat atau pada penderita penyakit Alzheimer.

Manfaatnya mungkin terbatas pada orang yang tidak rutin mengonsumsi ikan berlemak dalam dietnya. Dalam sebuah penelitian terhadap lebih dari 25.000 orang, suplementasi omega-3 dengan dosis 1g/hari terbukti mengurangi risiko serangan jantung sebesar 28%. Temuan ini didukung oleh meta-analisis Mayo Clinic yang menunjukkan penurunan risiko serangan jantung secara signifikan dengan suplementasi omega-3. American Heart Association menyimpulkan bahwa resep asam lemak omega-3 dosis tinggi (4 g/hari) dapat secara efektif membantu menurunkan kadar trigliserida dengan aman. 

Faktor-faktor yang memengaruhi efektivitas suplementasi omega-3 meliputi dosis DHA dan EPA, rasio EPA terhadap DHA, status dasar EPA dan DHA, penggunaan obat, status kesehatan, dan asupan nutrisi lainnya. Suplemen omega-3 cenderung berbentuk kapsul eter atau cairan botolan, dan mengambil bentuk kimia trigliserida atau etil ester. Penyerapan minyak meningkat saat suplemen dikonsumsi bersama makanan yang mengandung lemak lain, saat bentuk trigliserida digunakan sebagai pengganti bentuk etil ester, dan saat tidak 'dilapisi enterik'. Dosis harian untuk suplemen omega-3 umumnya berkisar antara 1-2 kapsul atau 5 ml cairan.

Sekam Psyllium

Sekam psyllium, yang penting bagi bakteri usus, merupakan sumber serat larut utama. Sekam psyllium dapat membantu mengatur kadar glukosa darah, melunakkan dan menambah massa tinja, meningkatkan rasa kenyang, serta membantu menurunkan berat badan. Asupan serat yang lebih tinggi dikaitkan dengan penurunan kolesterol total dan kolesterol lipoprotein densitas rendah (LDL). Selain itu, sekam psyllium efektif menurunkan tekanan darah tinggi. Salah satu masalah keamanan terkait suplemen sekam psyllium adalah kontaminasi timbal karena paparan logam berat ini dapat berdampak buruk terhadap hati, ginjal, sistem saraf, dan sistem kardiovaskular. Oleh karena itu, sangat penting untuk memilih merek yang telah diuji oleh pihak ketiga untuk kemurnian dan kandungan logam beratnya.

Suplemen sekam psyllium umumnya berbentuk bubuk atau kapsul. Bubuk sekam psyllium dapat dicampur ke dalam smoothie atau minuman kocok. Sebaiknya mulailah dengan dosis rendah (seperti ½ sendok teh bubuk sekam) dan secara bertahap meningkatkan dosisnya menjadi 1-2 sendok teh sehari (5-10 g). Penting untuk memastikan bahwa Anda mengonsumsi suplemen psyllium dengan banyak cairan (idealnya air putih). 

Kolagen 

Kolagen merupakan protein yang paling melimpah di dalam tubuh. Asam amino adalah bahan penyusun protein, dan peptida kolagen merupakan asam amino rantai pendek. Oleh karena itu, banyak perdebatan yang muncul mengenai apakah suplemen peptida kolagen memberikan manfaat tambahan selain asupan protein yang melimpah. Uji coba acak, buta-ganda, dan terkontrol plasebo menunjukkan bahwa suplemen kolagen mampu mengurangi kerutan sekitar 8%. 

Dalam uji klinis percontohan acak buta-ganda pada tahun 2020 yang membandingkan efek 36 g kolagen sapi terhidrolisis dengan 35 g protein kedelai pada penyembuhan luka pasien luka bakar pria, tingkat penyembuhan luka secara signifikan lebih tinggi setelah disuplementasi dengan kolagen terhidrolisis dibandingkan dengan protein kedelai. (Protein kedelai sangat tersedia secara hayati dan tidak berpengaruh terhadap kadar estrogen atau testosteron pada pria, menjadikan protein kedelai sebagai pembanding yang baik). Selain itu, meta-analisis tahun 2023 menemukan bukti yang valid bahwa kolagen terhidrolisis mampu meningkatkan hidrasi dan elastisitas kulit. 

Dosis suplemen peptida kolagen umumnya berkisar antara 10-15 g per hari selain untuk memenuhi target protein.

Asam Hialuronat (hyaluronan)

Hyaluronan merupakan zat yang secara alami terkandung di dalam tubuh manusia; ditemukan dalam konsentrasi tinggi pada kulit, persendian, dan mata. Hyaluronan memiliki kemampuan unik untuk menahan air, yang membantu menjaga jaringan tetap lembap dan terlumasi dengan baik. Meskipun 50% dari total hyaluronan tubuh terdapat di kulit, jumlah hyaluronan di kulit secara bertahap menurun seiring bertambahnya usia. Beberapa uji coba pada manusia yang dirancang dengan baik menunjukkan bahwa suplementasi asam hialuronat oral mampu meningkatkan hidrasi, warna, ketebalan, elastisitas, kekencangan, kilau, dan kekenyalan kulit sekaligus mengurangi kerutan kulit dan melindungi dari dehidrasi kulit. 

Masalah keamanan mengenai hubungan antara asam hialuronat dan kanker telah dikemukakan. Akan tetapi, saat asam hialuronat diberikan kepada tikus yang sudah menderita kanker, tidak ada efek merugikan yang terdeteksi. Uji coba pada manusia yang berlangsung minimal 12 bulan juga tidak menunjukkan masalah keamanan.

Saat kita mengonsumsi asam hialuronat oral dengan berat molekul tinggi, bakteri usus memecahnya menjadi fragmen yang lebih pendek dengan berat molekul yang rendah. Meskipun ketersediaan hayati asam hialuronat berbeda-beda tergantung pada berat molekul, baik asam hialuronat dengan berat molekul tinggi maupun rendah terbukti menghambat kerutan kulit serta meningkatkan kilau dan kekenyalan kulit. Meskipun diperlukan riset lebih lanjut, literatur saat ini menunjukkan bahwa berat molekul asam hialuronat dalam suplemen tampaknya tidak memiliki perbedaan dalam hal manfaat. Dosis asam hialuronat dalam uji coba pada manusia berkisar antara 80 mg-200 mg per hari.

Melatonin berdosis rendah

Melatonin merupakan hormon yang diproduksi oleh kelenjar pineal di otak. Saat hari gelap, kelenjar pineal mulai memproduksi melatonin, sementara cahaya menghentikannya. Melatonin membantu mengontrol ritme sirkadian sehingga Anda merasakan kantuk di malam hari dan terjaga di siang hari. Ini memungkinkan Anda untuk mendapatkan tidur dan istirahat malam yang berkualitas. Penelitian telah menunjukkan bahwa melatonin membantu orang tertidur lebih cepat dan meningkatkan kualitas tidur. Akan tetapi, timbul kebingungan mengenai berapa banyak melatonin yang harus dikonsumsi dan kapan harus mengonsumsinya. 

Sebagai 'agen kronobiotik', melatonin dapat mengubah siklus tidur-bangun. Riset saat ini mendukung penggunaan suplemen melatonin 1-2 jam sebelum tidur untuk mendapatkan manfaat optimal. Sebaliknya, penggunaan suplemen melatonin saat kadar melatonin tubuh sudah tinggi di malam hari tidak memberikan efek apa pun. Tubuh kita menghasilkan 10-80 μg (mikrogram) melatonin setiap malam, akan tetapi, orang yang mengonsumsi suplemen melatonin sering kali mengonsumsi dosis yang jauh lebih tinggi dari itu. Kendati demikian, diperlukan riset lebih lanjut untuk memastikan efek jangka panjang dari dosis yang lebih tinggi, sehingga disarankan untuk tidak melebihi dosis 300 μg melatonin per hari. Selain itu, ini merupakan area riset yang aktif, dan belum ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa suplementasi melatonin akan mengurangi angka kematian atau penyakit jantung. 

Aspek penting yang perlu dipertimbangkan sehubungan dengan penuaan adalah selain pengaruhnya terhadap tidur, melatonin juga memiliki efek antioksidan dan antiinflamasi. Seiring bertambahnya usia, produksi melatonin dalam tubuh menurun 10 kali lipat, dan penurunan produksi melatonin memperburuk proses penuaan. Ada kemungkinan bahwa lingkaran setan terbentuk di mana berkurangnya melatonin seiring bertambahnya usia memperburuk inflamasi, yang selanjutnya menurunkan jumlah melatonin yang diproduksi tubuh. Oleh karena itu, untuk mencoba mengembalikan kadar melatonin ke kondisi yang lebih muda, orang dewasa yang lebih tua harus mempertimbangkan untuk mengonsumsi suplemen melatonin versi dosis rendah dengan pelepasan jangka panjang 1-2 jam sebelum tidur. 

N-asetil sistein (NAC)    

NAC merupakan senyawa yang berasal dari asam amino L-sistein. Spesies oksigen reaktif (oksidan) meningkat seiring bertambahnya usia untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Namun, ini pada akhirnya akan terakumulasi dan semakin memburuk, bukannya mengurangi kerusakan yang disebabkan oleh usia. Menjaga keseimbangan antara oksidan dan antioksidan sangatlah penting. Akan tetapi, antioksidan ampuh yang disebut glutation menurun dengan cepat sejak usia 45 tahun. Oleh karena itu, disarankan untuk mengembalikan keseimbangan antara oksidan dan antioksidan dengan mengonsumsi suplemen yang mengandung bahan penyusun glutation. Bahan penyusunnya meliputi glisina, sistein, dan glutamat.

Berbeda dengan suplemen lain dalam daftar ini, riset seputar NAC masih dalam tahap awal. Namun, uji coba acak, buta-ganda, dan terkontrol plasebo pada tahun 2022 menunjukkan bahwa suplementasi glisina dan NAC (GlyNAC) pada orang dewasa yang lebih tua mampu memperbaiki defisiensi glutation, mengurangi stres oksidatif, dan memperbaiki disfungsi mitokondria. Mengingat suplemen kolagen dan TMG (yang dibahas di atas) mengandung glisina, orang yang mengonsumsi kolagen atau glisina dapat mempertimbangkan untuk menambahkan 1 g NAC per hari mulai usia 45 tahun.

Kesimpulan

Suplemen dapat bermanfaat untuk mengisi kesenjangan nutrisi tertentu, mengatasi masalah kesehatan tertentu, atau mengoptimalkan struktur/fungsi tubuh dengan cara tertentu. Namun, alangkah baiknya bila Anda mencoba dan mendapatkan nutrisi dari diet berkualitas tinggi sebelum beralih ke suplemen. Penting juga untuk melakukan pendekatan secara hati-hati sebelum mengonsumsi suplemen, untuk memastikan bahwa suplemen tersebut aman untuk Anda. 

Berkonsultasi dengan ahli kesehatan yang tepat dapat membantu menentukan suplemen yang sesuai untuk kebutuhan pribadi Anda, berdasarkan status kesehatan Anda, pengobatan saat ini, dan target kesehatan Anda. Suplemen di atas sangat menjanjikan, akan tetapi dalam banyak kasus, uji coba terkontrol acak diperlukan untuk menentukan semua manfaat, dosis optimal, waktu pemberian dosis terbaik, dan kontraindikasinya.

Referensi:

  1. Kreider RB, Kalman DS, Antonio J, Ziegenfuss TN, Wildman R, Collins R, et al. International Society of Sports Nutrition position stand: safety and efficacy of creatine supplementation in exercise, sport, and medicine. Journal of the International Society of Sports Nutrition. 2017 Jan 3;14(1):18. 
  2. De Moraes R, Van Bavel D, De Moraes BS, Tibiriçá E. Effects of dietary creatine supplementation on systemic microvascular density and reactivity in healthy young adults. Nutr J. 2014 Dec;13(1):115. 
  3. Forbes SC, Cordingley DM, Cornish SM, Gualano B, Roschel H, Ostojic SM, et al. Effects of Creatine Supplementation on Brain Function and Health. Nutrients. 2022 Feb 22;14(5):921. 
  4. Antonio J, Candow DG, Forbes SC, Gualano B, Jagim AR, Kreider RB, et al. Common questions and misconceptions about creatine supplementation: what does the scientific evidence really show? Journal of the International Society of Sports Nutrition. 2021 Jan 2;18(1):13. 
  5. Cruz-Jentoft AJ, Bahat G, Bauer J, Boirie Y, Bruyère O, Cederholm T, et al. Sarcopenia: revised European consensus on definition and diagnosis. Age and Ageing. 2019 Jan 1;48(1):16–31. 
  6. Bloom I, Shand C, Cooper C, Robinson S, Baird J. Diet Quality and Sarcopenia in Older Adults: A Systematic Review. Nutrients. 2018 Mar 5;10(3):308. 
  7. Solon-Biet SM, McMahon AC, Ballard JWO, Ruohonen K, Wu LE, Cogger VC, et al. The Ratio of Macronutrients, Not Caloric Intake, Dictates Cardiometabolic Health, Aging, and Longevity in Ad Libitum-Fed Mice. Cell Metabolism. 2014 Mar;19(3):418–30. 
  8. Naghshi S, Sadeghi O, Willett WC, Esmaillzadeh A. Dietary intake of total, animal, and plant proteins and risk of all cause, cardiovascular, and cancer mortality: systematic review and dose-response meta-analysis of prospective cohort studies. BMJ. 2020 Jul 22;m2412. 
  9. Morton RW, Murphy KT, McKellar SR, Schoenfeld BJ, Henselmans M, Helms E, et al. A systematic review, meta-analysis and meta-regression of the effect of protein supplementation on resistance training-induced gains in muscle mass and strength in healthy adults. Br J Sports Med. 2018 Mar;52(6):376–84. 
  10. Jäger R, Kerksick CM, Campbell BI, Cribb PJ, Wells SD, Skwiat TM, et al. International Society of Sports Nutrition Position Stand: protein and exercise. Journal of the International Society of Sports Nutrition. 2017 Jan 3;14(1):20. 
  11. Baraki, Austin, Feigenbaum, Jordan, Sullivan, Jonathon. Practical guidelines for implementing a strength training program for adults [Internet]. Wolters Kluwer; 2023. Available from: https://www.uptodate.com/contents/practical-guidelines-for-implementing-a-strength-training-program-for-adults
  12. Volaklis KA, Halle M, Meisinger C. Muscular strength as a strong predictor of mortality: A narrative review. European Journal of Internal Medicine. 2015 Jun;26(5):303–10. 
  13. Sargeant AJ. Structural and functional determinants of human muscle power. Experimental Physiology. 2007 Mar;92(2):323–31. 
  14. Ismaeel A. Effects of Betaine Supplementation on Muscle Strength and Power: A Systematic Review. Journal of Strength and Conditioning Research. 2017 Aug;31(8):2338–46. 
  15. Lee EC, Maresh CM, Kraemer WJ, Yamamoto LM, Hatfield DL, Bailey BL, et al. Ergogenic effects of betaine supplementation on strength and power performance. Journal of the International Society of Sports Nutrition. 2010 Jan 5;7(1):27. 
  16. Nobari H, Cholewa JM, Castillo-Rodríguez A, Kargarfard M, Pérez-Gómez J. Effects of chronic betaine supplementation on performance in professional young soccer players during a competitive season: a double blind, randomized, placebo-controlled trial. Journal of the International Society of Sports Nutrition. 2021 Jan 2;18(1):67. 
  17. Del Favero S, Roschel H, Artioli G, Ugrinowitsch C, Tricoli V, Costa A, et al. Creatine but not betaine supplementation increases muscle phosphorylcreatine content and strength performance. Amino Acids. 2012 Jun;42(6):2299–305. 
  18. Yu JT, Xu W, Tan CC, Andrieu S, Suckling J, Evangelou E, et al. Evidence-based prevention of Alzheimer's disease: systematic review and meta-analysis of 243 observational prospective studies and 153 randomised controlled trials. J Neurol Neurosurg Psychiatry. 2020 Nov;91(11):1201–9. 
  19. Bird J, Murphy R, Ciappio E, McBurney M. Risk of Deficiency in Multiple Concurrent Micronutrients in Children and Adults in the United States. Nutrients. 2017 Jun 24;9(7):655. 
  20. Baker LD, Manson JE, Rapp SR, Sesso HD, Gaussoin SA, Shumaker SA, et al. Effects of cocoa extract and a multivitamin on cognitive function: A randomized clinical trial. Alzheimer's & Dementia. 2023 Apr;19(4):1308–19. 
  21. Singh P, Gollapalli K, Mangiola S, Schranner D, Yusuf MA, Chamoli M, et al. Taurine deficiency as a driver of aging. Science. 2023 Jun 9;380(6649):eabn9257. 
  22. Van Gelder BM, Tijhuis M, Kalmijn S, Kromhout D. Fish consumption, n−3 fatty acids, and subsequent 5-y cognitive decline in elderly men: the Zutphen Elderly Study. The American Journal of Clinical Nutrition. 2007 Apr;85(4):1142–7. 
  23. Dangour AD, Allen E, Elbourne D, Fasey N, Fletcher AE, Hardy P, et al. Effect of 2-y n−3 long-chain polyunsaturated fatty acid supplementation on cognitive function in older people: a randomized, double-blind, controlled trial. The American Journal of Clinical Nutrition. 2010 Jun;91(6):1725–32. 
  24. Chew EY, Clemons TE, Agrón E, Launer LJ, Grodstein F, Bernstein PS. Effect of Omega-3 Fatty Acids, Lutein/Zeaxanthin, or Other Nutrient Supplementation on Cognitive Function: The AREDS2 Randomized Clinical Trial. JAMA. 2015 Aug 25;314(8):791. 
  25. Freund-Levi Y, Eriksdotter-Jönhagen M, Cederholm T, Basun H, Faxén-Irving G, Garlind A, et al. ω-3 Fatty Acid Treatment in 174 Patients With Mild to Moderate Alzheimer Disease: OmegAD Study: A Randomized Double-blind Trial. Arch Neurol. 2006 Oct 1;63(10):1402. 
  26. Jiao J, Li Q, Chu J, Zeng W, Yang M, Zhu S. Effect of n−3 PUFA supplementation on cognitive function throughout the life span from infancy to old age: a systematic review and meta-analysis of randomized controlled trials. The American Journal of Clinical Nutrition. 2014 Dec;100(6):1422–36. 
  27. Manson JE, Cook NR, Lee IM, Christen W, Bassuk SS, Mora S, et al. Marine n−3 Fatty Acids and Prevention of Cardiovascular Disease and Cancer. N Engl J Med. 2019 Jan 3;380(1):23–32. 
  28. Bernasconi AA, Wiest MM, Lavie CJ, Milani RV, Laukkanen JA. Effect of Omega-3 Dosage on Cardiovascular Outcomes. Mayo Clinic Proceedings. 2021 Feb;96(2):304–13. 
  29. Skulas-Ray AC, Wilson PWF, Harris WS, Brinton EA, Kris-Etherton PM, Richter CK, et al. Omega-3 Fatty Acids for the Management of Hypertriglyceridemia: A Science Advisory From the American Heart Association. Circulation [Internet]. 2019 Sep 17 [cited 2024 Mar 2];140(12). Available from: https://www.ahajournals.org/doi/10.1161/CIR.0000000000000709
  30. Office of Dietary Supplements - Omega-3 Fatty Acids [Internet]. [cited 2024 Mar 3]. Available from: https://ods.od.nih.gov/factsheets/Omega3FattyAcids-Consumer/
  31. Troesch B, Eggersdorfer M, Laviano A, Rolland Y, Smith AD, Warnke I, et al. Expert Opinion on Benefits of Long-Chain Omega-3 Fatty Acids (DHA and EPA) in Aging and Clinical Nutrition. Nutrients. 2020 Aug 24;12(9):2555. 
  32. Hartley L, May MD, Loveman E, Colquitt JL, Rees K. Dietary fibre for the primary prevention of cardiovascular disease. Cochrane Heart Group, editor. Cochrane Database of Systematic Reviews [Internet]. 2016 Jan 7 [cited 2024 Feb 28];2016(2). Available from: http://doi.wiley.com/10.1002/14651858.CD011472.pub2
  33. Brum JM, Gibb RD, Peters JC, Mattes RD. Satiety effects of psyllium in healthy volunteers. Appetite. 2016 Oct;105:27–36. 
  34. Lambeau KV, McRorie JW. Fiber supplements and clinically proven health benefits: How to recognize and recommend an effective fiber therapy. Journal of the American Association of Nurse Practitioners. 2017 Apr;29(4):216–23. 
  35. Clark CCT, Salek M, Aghabagheri E, Jafarnejad S. The effect of psyllium supplementation on blood pressure: a systematic review and meta-analysis of randomized controlled trials. Korean J Intern Med. 2020 Nov 1;35(6):1385–99. 
  36. Kumar A, Kumar A, M.M.S. CP, Chaturvedi AK, Shabnam AA, Subrahmanyam G, et al. Lead Toxicity: Health Hazards, Influence on Food Chain, and Sustainable Remediation Approaches. IJERPH. 2020 Mar 25;17(7):2179. 
  37. Kim J, Lee SG, Lee J, Choi S, Suk J, Lee JH, et al. Oral Supplementation of Low-Molecular-Weight Collagen Peptides Reduces Skin Wrinkles and Improves Biophysical Properties of Skin: A Randomized, Double-Blinded, Placebo-Controlled Study. Journal of Medicinal Food. 2022 Dec 1;25(12):1146–54. 
  38. Bagheri Miyab K, Alipoor E, Vaghardoost R, Saberi Isfeedvajani M, Yaseri M, Djafarian K, et al. The effect of a hydrolyzed collagen-based supplement on wound healing in patients with burn: A randomized double-blind pilot clinical trial. Burns. 2020 Feb;46(1):156–63. 
  39. Reed KE, Camargo J, Hamilton-Reeves J, Kurzer M, Messina M. Neither soy nor isoflavone intake affects male reproductive hormones: An expanded and updated meta-analysis of clinical studies. Reproductive Toxicology. 2021 Mar;100:60–7. 
  40. Pu SY, Huang YL, Pu CM, Kang YN, Hoang KD, Chen KH, et al. Effects of Oral Collagen for Skin Anti-Aging: A Systematic Review and Meta-Analysis. Nutrients. 2023 Apr 26;15(9):2080. 
  41. Gao Y, Wang R, Zhang L, Fan Y, Luan J, Liu Z, et al. Oral administration of hyaluronic acid to improve skin conditions via a randomized double‐blind clinical test. Skin Research and Technology. 2023 Nov;29(11):e13531. 
  42. Hsu TF, Su ZR, Hsieh YH, Wang MF, Oe M, Matsuoka R, et al. Oral Hyaluronan Relieves Wrinkles and Improves Dry Skin: A 12-Week Double-Blinded, Placebo-Controlled Study. Nutrients. 2021 Jun 28;13(7):2220. 
  43. Laurent TC, Fraser JR. Hyaluronan. FASEB J. 1992 Apr;6(7):2397–404. 
  44. Oe M, Sakai S, Yoshida H, Okado N, Kaneda H, Masuda Y, et al. Oral hyaluronan relieves wrinkles: a double-blinded, placebo-controlled study over a 12-week period. CCID. 2017 Jul;Volume 10:267–73. 
  45. Michelotti A, Cestone E, De Ponti I, Pisati M, Sparta E, Tursi F. Oral intake of a new full-spectrum hyaluronan improves skin profilometry and ageing: a randomized, double-blind, placebo-controlled clinical trial. European Journal of Dermatology. 2021 Dec;31(6):798–805. 
  46. Seino S, Takeshita F, Asari A, Masuda Y, Kunou M, Ochiya T. No Influence of Exogenous Hyaluronan on the Behavior of Human Cancer Cells or Endothelial Cell Capillary Formation. Journal of Food Science [Internet]. 2014 Jul [cited 2024 Feb 28];79(7). Available from: https://ift.onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/1750-3841.12500
  47. Oe M, Mitsugi K, Odanaka W, Yoshida H, Matsuoka R, Seino S, et al. Dietary Hyaluronic Acid Migrates into the Skin of Rats. The Scientific World Journal. 2014;2014:1–8. 
  48. Cyphert JM, Trempus CS, Garantziotis S. Size Matters: Molecular Weight Specificity of Hyaluronan Effects in Cell Biology. International Journal of Cell Biology. 2015;2015:1–8.  
  49. Tashiro T, Seino S, Sato T, Matsuoka R, Masuda Y, Fukui N. Oral Administration of Polymer Hyaluronic Acid Alleviates Symptoms of Knee Osteoarthritis: A Double-Blind, Placebo-Controlled Study over a 12-Month Period. The Scientific World Journal. 2012;2012:1–8. 
  50. Seithikurippu R AM. Melatonin, the Hormone of Darkness: From Sleep Promotion to Ebola Treatment. Brain Disord Ther [Internet]. 2015 [cited 2024 Feb 28];04(01). Available from: http://www.omicsgroup.org/journals/melatonin-the-hormone-of-darkness-from-sleep-promotion-to-ebola-treatment-2168-975X.1000151.php?aid=36189
  51. Low TL, Choo FN, Tan SM. The efficacy of melatonin and melatonin agonists in insomnia – An umbrella review. Journal of Psychiatric Research. 2020 Feb;121:10–23. 
  52. Fatemeh G, Sajjad M, Niloufar R, Neda S, Leila S, Khadijeh M. Effect of melatonin supplementation on sleep quality: a systematic review and meta-analysis of randomized controlled trials. J Neurol. 2022 Jan;269(1):205–16. 
  53. Peuhkuri K, Sihvola N, Korpela R. Dietary factors and fluctuating levels of melatonin. Food & Nutrition Research. 2012 Jan;56(1):17252. 
  54. Hardeland R. Aging, Melatonin, and the Pro- and Anti-Inflammatory Networks. IJMS. 2019 Mar 11;20(5):1223.  
  55. Melhuish Beaupre LM, Brown GM, Gonçalves VF, Kennedy JL. Melatonin's neuroprotective role in mitochondria and its potential as a biomarker in aging, cognition and psychiatric disorders. Transl Psychiatry. 2021 Jun 2;11(1):339. 
  56. Hekimi S, Lapointe J, Wen Y. Taking a "good" look at free radicals in the aging process. Trends in Cell Biology. 2011 Oct;21(10):569–76. 
  57. Richie JP, Nichenametla S, Neidig W, Calcagnotto A, Haley JS, Schell TD, et al. Randomized controlled trial of oral glutathione supplementation on body stores of glutathione. Eur J Nutr. 2015 Mar;54(2):251–63. 
  58. Jones DP, Mody VC, Carlson JL, Lynn MJ, Sternberg P. Redox analysis of human plasma allows separation of pro-oxidant events of aging from decline in antioxidant defenses. Free Radical Biology and Medicine. 2002 Nov;33(9):1290–300. 
  59. Kumar P, Liu C, Suliburk J, Hsu JW, Muthupillai R, Jahoor F, et al. Supplementing Glycine and N-Acetylcysteine (GlyNAC) in Older Adults Improves Glutathione Deficiency, Oxidative Stress, Mitochondrial Dysfunction, Inflammation, Physical Function, and Aging Hallmarks: A Randomized Clinical Trial. Lipsitz LA, editor. The Journals of Gerontology: Series A. 2023 Jan 26;78(1):75–89.