Dalam dunia yang bergerak cepat seperti sekarang ini, stres dan kecemasan menjadi masalah yang semakin meningkat. Perkiraan sebelum pandemi menyebutkan bahwa 3,6% populasi dunia bergumul dengan gangguan kecemasan. Sayangnya, tingkat kejadian dalam beberapa tahun terakhir makin meningkat, beberapa penelitian menyebutkan tingkat kecemasan mungkin telah meningkat tiga kali lipat di populasi tertentu.

Mengingat besarnya jumlah orang yang bergumul dengan stres dan kecemasan, pendekatan berbasis non-obat yang mungkin dapat bermanfaat perlu ditelusuri. Untungnya, penelitian menunjukkan bahwa pola makan dan makanan tertentu dapat membantu mengurangi hormon stres kortisol dan memperbaiki respons stres kita. Pendekatan pola makan ini dapat memiliki efek keseluruhan yang menenangkan atau menentramkan pada sistem saraf pusat.

Seperti banyak pendekatan perawatan integratif atau alami lainnya, perlu diperhatikan bahwa strategi makan dan makanan mungkin memerlukan waktu untuk memberikan manfaat penuh. Karena itu, makan sehat yang lebih konsisten akan memberikan hasil keseluruhan terbaik saat kita menggunakan strategi makan dan makanan untuk membantu melawan atau mengurangi stres.

Pola Makan Sehat Secara Keseluruhan

Meski mungkin bukan anjuran yang sangat menarik, pola makan sehat secara keseluruhan merupakan strategi paling manjur. Pola makan yang menekankan banyak buah dan sayuranpolong-polongan, dan gandum utuh, dengan konsumsi sumber protein hewani sehat dalam jumlah sedang, termasuk makanan laut, unggas, dan daging tanpa lemak, mungkin merupakan strategi terbaik secara keseluruhan. Makan sehat meletakkan fondasi kokoh untuk kesehatan dan menyediakan lebih banyak nutrisi yang diperlukan tubuh dan pikiran untuk dapat berfungsi optimal.

Pola Makan yang Buruk di Seluruh Dunia: Makanan Ultraolahan

Sayangnya, pola makan orang Amerika umumnya, yang semakin banyak dikonsumsi bahkan oleh orang di luar Amerika, sangat berfokus pada makanan ultraolahan. Makanan ultraolahan adalah makanan yang diubah melalui proses industri, sering kali diberi zat tambahan untuk meningkatkan rasa, tampilan, atau tekstur. Contoh umum makanan ultraolahan adalah minuman soda, camilan kemasan, permen, es krim, kue kering, biskuit camilan, dan bahkan beberapa jenis roti tertentu. Makanan ultraolahan sering kali mengandung gula dan karbohidrat sederhana lain dalam kadar tinggi serta tidak memiliki mikronutrien yang penting untuk mempertahankan kesehatan mental, termasuk folatvitamin B12seng, dan lain-lain.

Data seluruh dunia terkait konsumsi makanan ultraolahan agak beragam, tetapi mengkhawatirkan. Di Amerika Serikat dan Inggris Raya, lebih dari separuh kalori berasal dari makanan ultraolahan. Negara-negara lain tidak jauh berbeda. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa Malaysia, Jepang, Australia, dan Lebanon memiliki tingkat konsumsi sekitar 40%.

Mengonsumsi makanan ultraolahan meningkatkan risiko obesitas, penyakit jantung, diabetes, dan masalah kesehatan lainnya. Selain peningkatan risiko masalah kesehatan tersebut, lemak perut juga meningkat. Lemak perut dikaitkan dengan peningkatan produksi kortisol. Dengan meningkatnya kortisol, respons stres dapat meninggi sehingga berpotensi memperburuk toleransi kita terhadap stres.

Siklus ini sangat merusak karena peningkatan kortisol akan meningkatkan rasa lapar dan konsumsi kalori sehingga lebih meningkatkan obesitas dan masalah kesehatan lainnya. Untuk memutus siklus ini, pola makan keseluruhan perlu diperbaiki.

Makanan yang Dapat Membantu Menenangkan Sistem Saraf

Selain strategi makan dasar, ternyata makanan tertentu juga berpotensi bermanfaat mengurangi stres dan menenangkan sistem saraf. Sebagian besar makanan ini telah terbukti membantu mengurangi kadar kortisol jika dikonsumsi secara rutin dalam pola makan.

1. Probiotik dan Makanan Probiotik

Beberapa penelitian paling solid terkait makanan yang memengaruhi kortisol dan tingkat stres mencakup probiotik. Meski tidak konsisten di semua probiotik dan di semua penelitian, data tetap menunjukkan bahwa probiotik dan makanan probiotik dapat membantu meningkatkan toleransi terhadap stres, mengurangi kecemasan, dan menurunkan kortisol. Penelitian terbaru menemukan bahwa suplementasi probiotik pada orang dewasa sehat menurunkan depresi dan kecemasan serta memperbaiki tidur. Studi lain pada mahasiswa menemukan bahwa suplementasi probiotik dapat mengurangi kecemasan saat ujian.

Mengingat potensi manfaat lain yang terkait dengan konsumsi probiotik, cukup masuk akal jika kita mengonsumsi probiotik dan makanan fermentasi untuk membantu menenangkan sistem saraf. Sauerkraut asli, kefir, kombucha, kimchi, acar, natto, tempe, dan miso kemungkinan difermentasi, meski beraneka acar dan sauerkraut buatan toko tidak lagi dibuat melalui fermentasi. Biasanya, sauerkraut dan acar yang difermentasi dapat ditemukan di bagian dengan lemari pendingin di supermarket.

Meski juga merupakan makanan fermentasi, yogurt sering kali mengalami pengolahan tinggi dan diberi banyak gula. Jika Anda dapat menoleransi produk susu, sebaiknya gunakan jenis yang tidak diberi pemanis lalu tambahkan buah sendiri.

2. Makanan yang Kaya Akan Lemak Omega-3

Sebagian besar otak tersusun atas lemak dan, dalam persentase yang signifikan, lemak ini adalah asam lemak omega-3. Lemak omega-3 lebih mudah rusak dibandingkan lemak lain maka kita sangat perlu mengonsumsinya secara rutin untuk mendapatkan pasokan yang stabil. Data terkait konsumsi minyak ikan, yang adalah sumber lemak omega-3 yang umum, menunjukkan manfaatnya untuk depresi dan kecemasan. Meski diperlukan data lebih lanjut, meta-analisis baru-baru ini menyimpulkan bahwa minyak ikan mungkin memiliki manfaat antidepresi yang cukup baik.

Penelitian terhadap kecemasan menunjukkan manfaat yang serupa. Baru-baru ini, meta-analisis lain menemukan bahwa minyak ikan, khususnya pada dosis lebih dari dua gram per hari, tampaknya dapat memperbaiki gangguan kecemasan dan mengurangi gejala. Tinjauan terhadap potensi mekanisme minyak ikan dalam menurunkan kecemasan menemukan bahwa efek antiperadangan, peningkatan faktor pertumbuhan sel otak, penurunan kortisol dan stres, dan perubahan variabilitas denyut jantung (menunjukkan kondisi mental-emosional yang lebih santai) mungkin ada, meski hasil penelitian agak kontradiksi.

Mengonsumsi makanan yang kaya akan lemak omega-3, seperti ikan yang ditangkap dari habitat alaminya, telur yang kaya akan omega-3, atau suplemen minyak ikan, dapat membantu meningkatkan kesehatan mental dan menenangkan sistem saraf. Omega-3 dari sumber tumbuhan, termasuk kacang kenaribiji ramichia, hemp, dan lain-lain, juga dapat memberi manfaat, meski data lebih solid untuk lemak omega-3 yang berasal dari ikan dan makanan laut.

3. Makanan yang Kaya Akan Magnesium

Magnesium merupakan faktor utama dalam respons stres. Kadar magnesium yang rendah akan memperburuk gejala stres, dan stres akan menguras magnesium. Karena itu, jika konsumsi magnesium tidak dipertahankan, siklus membahayakan antara stres dan magnesium dapat memperburuk status magnesium dan memperparah tingkat stres. Dengan mempertimbangkan bahwa beberapa ahli memperkirakan hingga separuh populasi tidak cukup mengonsumsi magnesium setiap hari, asupan magnesium sangat penting untuk memperbaiki stres dan membantu menenangkan sistem saraf.

Magnesium dapat membantu menurunkan stres dengan beberapa cara: magnesium membantu merelaksasi otot dan memiliki peran menghambat dalam respons neurotransmiter terhadap stres. Mempertahankan kadar magnesium yang memadai, terutama saat sedang stres, sangat penting untuk membantu mempertahankan respons stres yang sehat. Penelitian menemukan bahwa stres psikologis dan gejalanya sering kali berkorelasi dengan kondisi kadar magnesium yang rendah. Meski mutu bukti penelitian masih perlu ditingkatkan, meta-analisis baru-baru ini menyimpulkan bahwa bukti menunjukkan magnesium bermanfaat untuk mengatasi kecemasan.

Makanan yang kaya akan magnesium antara lain daun-daunan hijau, alpukat, kacang-kacangan dan biji-bijian, gandum utuh, dan polong-polongan. Beberapa sumber yang sangat kaya antara lain coklat hitambiji hempalmond, dan biji labu. Mengonsumsi makanan tersebut secara rutin dapat meningkatkan konsumsi magnesium dan membantu menenangkan sistem saraf.

Poin Penting

Stres merupakan masalah yang umum. Untungnya, strategi makan dan makanan penting tertentu dapat membantu ketahanan terhadap stres dan menenangkan sistem saraf. Pola makan sehat yang mengurangi atau meniadakan sebagian besar makanan olahan merupakan fondasi penting. Penambahan makanan probiotik, makanan yang kaya akan omega-3, dan makanan yang kaya akan magnesium juga dapat memberi manfaat. Dengan mengonsumsi makanan yang sesuai, kita dapat membantu mengurangi stres dan mendukung kesehatan secara keseluruhan.

Referensi:

  1. Boyle NB, Lawton C, Dye L. The effects of magnesium supplementation on subjective anxiety and stress-a systematic review. Nutrients. 2017;9(5):429. Published 2017 Apr 26. doi:10.3390/nu9050429
  2. Brett BE, Koko BK, Doumbia HOY, et al. Salivary biomarkers of stress and inflammation in first graders in Côte d'Ivoire: effects of a probiotic food intervention. Psychoneuroendocrinology. 2021;129:105255. doi:10.1016/j.psyneuen.2021.105255
  3. Depression and Other Common Mental Disorder: Global Health Estimates. World Health Organization. Accessed March 16, 2022. https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/254610/WHO-MSD-MER-2017.2-eng.pdf?sequence=1
  4. Lee HJ, Hong JK, Kim JK, et al. effects of probiotic NVP-1704 on mental health and sleep in healthy adults: an 8-week randomized, double-blind, placebo-controlled trial. Nutrients. 2021;13(8):2660. Published 2021 Jul 30. doi:10.3390/nu13082660
  5. Marino M, Puppo F, Del Bo' C, et al. A systematic review of worldwide consumption of ultra-processed foods: findings and criticisms. Nutrients. 2021;13(8):2778. Published 2021 Aug 13. doi:10.3390/nu13082778
  6. Pickering G, Mazur A, Trousselard M, et al. Magnesium status and stress: the vicious circle concept revisited. Nutrients. 2020;12(12):3672. Published 2020 Nov 28. doi:10.3390/nu12123672
  7. Qin Q, Liu H, Yang Y, et al. Probiotic supplement preparation relieves test anxiety by regulating intestinal microbiota in college students. Dis Markers. 2021;2021:5597401. Published 2021 Apr 20. doi:10.1155/2021/5597401
  8. Rask E, Walker BR, Söderberg S, et al. Tissue-specific changes in peripheral cortisol metabolism in obese women: increased adipose 11beta-hydroxysteroid dehydrogenase type 1 activity. J Clin Endocrinol Metab. 2002;87(7):3330-3336. doi:10.1210/jcem.87.7.8661
  9. Rosanoff A, Weaver CM, Rude RK. Suboptimal magnesium status in the United States: are the health consequences underestimated?. Nutr Rev. 2012;70(3):153-164. doi:10.1111/j.1753-4887.2011.00465.x
  10. Twenge JM, Joiner TE. U.S. Census Bureau-assessed prevalence of anxiety and depressive symptoms in 2019 and during the 2020 COVID-19 pandemic. Depress Anxiety. 2020;37(10):954-956. doi:10.1002/da.23077
  11. Venkataraman R, Madempudi RS, Neelamraju J, et al. Effect of multi-strain probiotic formulation on students facing examination stress: a double-blind, placebo-controlled study. Probiotics Antimicrob Proteins. 2021;13(1):12-18. doi:10.1007/s12602-020-09681-4
  12. Wauters L, Van Oudenhove L, Accarie A, et al. Lactobacillus rhamnosus CNCM I-3690 decreases subjective academic stress in healthy adults: a randomized placebo-controlled trial. Gut Microbes. 2022;14(1):2031695. doi:10.1080/19490976.2022.2031695
  13. West NP, Hughes L, Ramsey R, et al. Probiotics, anticipation stress, and the acute immune response to night shift [published correction appears in Front Immunol. 2021 Jun 21;12:713237]. Front Immunol. 2021;11:599547. Published 2021 Jan 28. doi:10.3389/fimmu.2020.599547
  14. Wolters M, von der Haar A, Baalmann AK, Wellbrock M, Heise TL, Rach S. Effects of n-3 polyunsaturated fatty acid supplementation in the prevention and treatment of depressive disorders-a systematic review and meta-analysis. Nutrients. 2021;13(4):1070. Published 2021 Mar 25. doi:10.3390/nu13041070