Perbedaan Antara Transgenik, Produk Rekayasa Biologis, dan Nontransgenik

Transgenik merupakan organisme hasil rekayasa genetika, yang berarti tanaman, hewan, mikroorganisme, atau organisme lainnya. 

Istilah Transgenik diganti di pasar online dengan istilah "Rekayasa Biologis" seperti di Amerika Serikat. Mulai tahun 2022, produk makanan eceran yang mengandung atau diproduksi dengan bantuan teknologi harus diberi label rekayasa biologis menggunakan kata-kata, simbol, atau tautan yang menyampaikan informasi tersebut.

Transgenik masih menjadi istilah yang paling dikenal di pasar online dunia dan akan digunakan dalam artikel ini. Transgenik telah mengubah susunan genetiknya menggunakan rekayasa genetika dengan cara yang tidak terjadi secara alami. Makanan transgenik diproduksi dari atau dengan bantuan teknologi transgenik. 

 Produk nontransgenik diproduksi tanpa modifikasi genetik.

Kekhawatiran Terbesar Pada Produk Rekayasa Biologis dan Transgenik

Meskipun memanipulasi genetika makanan bukanlah hal baru, budi daya tanaman dan hewan tradisional telah dipraktikkan sejak awal domestikasi tanaman dan ternak. Namun, metode budi daya dan persilangan tradisional menggunakan reproduksi alami untuk memindahkan sifat yang diinginkan kepada keturunannya. Teknik budi daya alami umumnya lebih lambat, mengingat sifat musim tanam tanaman dan waktu generasi hewan.

Dengan teknik rekayasa genetika modern, perubahan dapat terjadi secara cepat, dan ada pilihan manipulasi yang jauh lebih besar, termasuk pemindahan gen pada atau antar spesies. Pergerakan gen antar spesies menjadi kekhawatiran yang paling besar. 

Prosesnya meliputi hal-hal berikut. 

  • Identifikasi organisme yang mengandung gen yang diinginkan. Bisa dari tumbuhan, hewan, atau mikroorganisme. 
  • Isolasi gen yang diinginkan dari organisme tersebut
  • Penciptaan urutan genetik yang dimodifikasi yang dapat dimasukkan ke dalam organisme lain, biasanya bakteri, sehingga dapat menghasilkan banyak salinan dari urutan gen
  • Penyisipan salinan urutan gen yang diinginkan ke dalam organisme yang akan dimodifikasi, baik menggunakan senjata partikel (gen) atau agen biologis (mis., virus)
  • Penggandaan tanaman yang dimodifikasi

Modifikasi yang dilakukan pada tanaman budi daya dapat berhubungan dengan faktor tanaman tersebut, yang memengaruhi karakteristik makanannya. Sebagai contoh, salah satu makanan transgenik pertama adalah tomat FlavrSavr yang dikembangkan oleh Celgene. Saat tomat alami matang, gen dipicu untuk menghasilkan zat kimia yang membuat buah menjadi lunak dan akhirnya membusuk. Dengan memodifikasi gen ini, tomat FlavrSavr memiliki umur simpan yang lebih lama dan buah yang lebih keras.

Transgenik diproduksi untuk meningkatkan ketahanan terhadap penyakit, pertumbuhan yang cepat atau lebih besar, ketahanan terhadap kerusakan, atau untuk meningkatkan kualitas gizi. Namun, perdebatan terbesar untuk rekayasa genetika pangan adalah bahwa meskipun populasi dunia terus berkembang, lahan yang tersedia untuk produksi pangan justru semakin terbatas. 

Oleh karena itu, produksi pangan harus ditingkatkan jika populasi dunia bertambah. Jadi, para pendukung makanan transgenik berpendapat bahwa tanpa penggunaannya, tidak akan ada cukup barang yang bisa memenuhi kebutuhan populasi di masa depan. 

Argumen ini memiliki beberapa validitas, tetapi teknik saat ini tidak dapat memperluas produksi secara signifikan. Dan pada kenyataannya, alasan utama makanan transgenik diciptakan adalah untuk menghasilkan keuntungan bagi perusahaan besar yang mencari keuntungan lebih besar. 

Para pendukung juga berpendapat bahwa pengembangan tanaman dengan peningkatan resistensi terhadap gulma, hama, atau penyakit akan menyebabkan pengurangan penggunaan bahan kimia pestisida. Kenyataannya adalah petani yang menanam tanaman transgenik menggunakan lebih banyak pestisida dan herbisida, bukan lebih sedikit. Contohnya, Monsanto membuat benih kedelai, jagung, dan kapas Roundup-Ready (RR) sehingga petani akan terus membeli Roundup, pembasmi gulma kimia (herbisida) terlaris perusahaan. 

Namun, data, seperti evaluasi terhadap lebih dari 8.000 percobaan lapangan berbasis universitas, menunjukkan bahwa petani yang menanam benih kedelai RR menggunakan herbisida dua sampai lima kali lebih banyak dibandingkan metode pengendalian gulma tradisional. Ada juga kekhawatiran bahwa penggunaan pestisida yang lebih tinggi dengan menanam tanaman transgenik dapat menyebabkan serangga membangun resistensi super yang memerlukan tingkat pestisida yang lebih tinggi atau menghasilkan "serangga super" yang resisten.

Kekhawatiran lainnya terhadap teknologi transgenik adalah, mengganggu organisme alami untuk menciptakan produk transgenik justru dapat berdampak buruk terhadap alam, lingkungan, atau kesehatan manusia. Dan sekarang, diperlukan lebih banyak data ilmiah terkait keamanan makanan transgenik dalam jangka panjang, meskipun sudah tersedia secara luas. 

Salah satu kekhawatiran terbesar adalah bahwa makanan transgenik dapat menyebabkan konsekuensi kesehatan yang tidak terduga yang memerlukan waktu bertahun-tahun untuk berkembang. Gen dari tanaman hasil rekayasa genetika telah terbukti mampu melarikan diri ke lingkungan dan mencemari tanaman alami. Jagung merupakan contoh terbaik dari masalah ini karena satu tanaman jagung transgenik dapat menghasilkan lebih dari dua juta butir serbuk sari yang dapat terbawa angin hingga jarak lebih dari setengah mil untuk mencemari spesies alami tanaman tersebut untuk membuat semua spesies jagung yang tumbuh di dekatnya menjadi versi transgenik. 

Ada juga kemungkinan bahwa memanipulasi materi genetik dapat mengubah ekspresi protein dan antigen dalam makanan. Ini merupakan situasi yang dapat menyebabkan reaksi alergi atau masalah lainnya. 

Cara Menemukan Makanan Nontransgenik

Pertama-tama, tidak semua tanaman telah direkayasa secara biologis (sampai saat ini). Namun di Amerika Serikat, sebagian besar versi transgenik yang diproduksi telah mendominasi pasar online. Inilah pangsa pasar versi transgenik: 

  • Bit gula 99,9% transgenik
  • Kanola 95% transgenik
  • Kedelai 94% transgenik
  • Jagung 92% transgenik
  • Biji kapas 94% transgenik

Sebagian besar tanaman transgenik ini digunakan untuk membuat bahan umum dalam makanan siap saji, seperti tepung jagung, sirup jagung, minyak jagung, gula dari bit gula, minyak kanola, dan minyak kedelai. Dan perlu diingat bahwa lebih dari 95% hewan yang digunakan untuk daging dan produk olahan susu di Amerika Serikat diberi makan tanaman transgenik.

Organisasi sertifikasi Nontransgenik yang paling terkenal adalah Non-GMO Project. Produk yang mencantumkan simbol kupu-kupu milik organisasi ini sudah sejak lama menjadi atribut toko makanan kesehatan dan kini menjadi semakin populer di gerai ritel konvensional. 

Produk mulai dari suplemen makanan, produk olahan susu dan alternatif nabati, makanan bayi, hingga berbagai macam produk grosir merupakan contoh dari semakin banyaknya produk nontransgenik bersertifikat di pasar online.

Referensi:

  1. https://www.ams.usda.gov/ 
  2. https://www.centerforfoodsafety.org/issues/311/ge-foods/myths-and-realities-of-ge-crops#
  3. https://www.nongmoproject.org/#