Flavonoid merupakan senyawa yang berasal dari tanaman dengan manfaat yang luar biasa dalam meningkatkan kesehatan manusia. Dan dari senyawa tersebut, kuersetin menunjukkan efek yang paling ampuh, terutama dalam memerangi penuaan dan peradangan.

Apa Itu Flavonoid?

Flavonoid merupakan pigmen tumbuhan yang menghasilkan warna pada berbagai buah, bunga, dan makanan lainnya. Ada lebih dari 8.000 jenis flavonoid yang teridentifikasi. 

Molekul flavonoid merupakan faktor utama yang bertanggung jawab atas manfaat kesehatan dari buah beri, teh hijau, ekstrak herbal seperti Ginko dan biji anggur, serta makanan super seperti cokelat hitam, acaigoji beri.

Sejak pertama kali mempelajari nutrisi manusia pada akhir tahun 1970-an, saya telah terpikat oleh senyawa ini karena manfaat kesehatannya. Dan akhir-akhir ini, ilmu dan penelitian seputar senyawa ini kian populer, terutama pada kuersetin.

Flavonoid disebut sebagai "pengubah respons biologis alam." Istilah ini memiliki arti bahwa flavonoid dapat mengubah respons biologis kita terhadap pengganggu, termasuk peradangan, virus, dan alergen. Dan kuersetin merupakan "alpha prime" dari semua flavonoid karena penelitian menemukan bahwa kuersetin mampu mengerahkan berbagai tindakan bermanfaat pada ekspresi dan fungsi gen manusia. 

Ketersediaan hayati Kurkumin dan Kuersetin

Saya merasa bangga karena di tahun 1985, bersama dengan Terry Lemerond, saya membantu memperkenalkan kuersetin ke dalam industri makanan sehat sebagai suplemen makanan. Di tahun yang sama, kami juga melakukan hal serupa untuk kurkumin . Kuersetin dan kurkumin telah menjadi produk alami yang dikenal luas. Keduanya memiliki beberapa kesamaan tetapi terdapat banyak perbedaan dalam cara kerja keduanya untuk meningkatkan kesehatan. Potensi pasar keduanya, yaitu, jumlah penjualan untuk setiap bahan, hampir sama, tetapi popularitas kurkumin jauh melampaui kuersetin. Tetapi hal itu bisa berubah, dan saya akan menjelaskan alasannya.

Dalam 40 tahun terakhir, ada lebih dari 12.000 penyelidikan ilmiah seputar manfaat kurkumin bagi kesehatan, yang mencerminkan minat komunitas ilmiah dalam memahami cara unik kurkumin dalam meningkatkan fungsi kesehatan. Sebagian besar penelitian seputar kurkumin (dan kuersetin) bersifat "praklinis", yang berarti bahwa penelitian tersebut berfokus pada mekanisme aksi dan penggunaan potensial. Penelitian praklinis menetapkan panggung untuk uji klinis manusia. Ada sekitar 300 uji klinis manusia dengan kurkumin.

Saat para peneliti mulai mempelajari kurkumin pada manusia, mereka menemukan bahwa kurkumin tidak diserap dengan baik atau, dengan kata lain, ketersediaan hayatinya rendah. Karena penyerapan merupakan faktor penting dalam menghasilkan manfaat kesehatan, bubuk kurkumin biasa tidak menunjukkan efek yang sama seperti yang dicatat dalam studi praklinis.

Saat pertama kali memperkenalkan kuersetin dan kurkumin ke pasar suplemen makanan pada tahun 1985, saya tahu kalau ketersediaan hayati akan menjadi masalah, jadi saya menggabungkannya dengan enzim bromelain (dari nanas). Bromelain memberikan berbagai manfaat kesehatan, tetapi saya menggabungkannya dengan molekul yang sulit diserap ini karena ada bukti substansial bahwa bromelain meningkatkan penyerapan dan konsentrasi jaringan dari molekul yang sama-sama sulit diserap.

Lambat laun kurkumin kian populer dari tahun 1985 hingga 2007 sampai para peneliti mulai mempelajari manfaat klinis dari bentuk kurkumin yang diserap dengan lebih baik. Saat itulah pertumbuhan eksponensial dari penjualan produk kurkumin terjadi. Hasil dari uji klinis pada bentuk yang disempurnakan ini, seperti Meriva® dan Theracurmin®, secara signifikan lebih baik dibandingkan bubuk kurkumin biasa karena penyerapan/ketersediaan hayatinya yang lebih besar. Penelitian ini merupakan katalis untuk meningkatkan kesadaran dan popularitas kurkumin untuk tujuan kesehatan secara menyeluruh seperti peningkatan fungsi otak dan sendi, skor suasana hati yang lebih baik, dan mengurangi peradangan.1-4 

Hasil yang sama akhirnya berlaku untuk kuersetin. Seperti halnya kurkumin, ada banyak penelitian praklinis seputar kuersetin, lebih dari 6.000 atau sedikit lebih banyak dari setengah jumlah penelitian kurkumin. Dan jumlah uji klinis manusia dengan kuersetin (sekitar 150) juga hampir setengahnya dari jumlah kurkumin.

Juga, seperti halnya kurkumin, penelitian pada manusia dengan kuersetin biasa tidak sepositif penelitian praklinis. Tetapi uji klinis terbaru seputar penyerapan kuersetin dengan bentuk yang disempurnakan menjadi bahan perbincangan orang-orang dan menunjukkan hasil positif setelah kuersetin dalam bentuk ini dijual di pasaran. Penjualan tahunan kuersetin diperkirakan akan tumbuh menjadi $1,6 miliar pada tahun 2024. Jadi, mari kita lanjutkan untuk membahas apa yang dapat dilakukan kuersetin dan cara mendapatkan hasil maksimal dari pemberian alam yang berharga ini.

Sifat Biologis Kuersetin

Penemuan Kuersetin

Mari kita mulai dari awal. Flavonoid dan vitamin C ditemukan oleh Albert Szent-Györgyi (1893–1986), yang menerima Hadiah Nobel pada tahun 1937 untuk penemuannya.

Szent-Györgyi menemukan flavonoid saat memisahkan vitamin C dari lemon. Pendarahan pada seorang teman yang mengalami gusi berdarah terhenti setelah mengonsumsi olahan vitamin C mentah yang dipisahkan dari lemon. Saat masalah tersebut kembali muncul, Szent-Györgyi memberi temannya bentuk vitamin C yang lebih murni. Dia berharap untuk mendapatkan hasil yang lebih mengesankan, tetapi tak disangka bentuk vitamin C yang lebih halus ternyata tidak berhasil. Setelah itu, Szent-Györgyi memisahkan fraksi flavonoid dari olahan vitamin C mentah asli, memberikannya kepada temannya, dan mendapati gusi berdarah temannya sembuh total.

Ekstrak flavonoid lebih efektif dalam mengobati salah satu tanda signifikan kekurangan vitamin C (gusi berdarah) dibandingkan vitamin C itu sendiri. Dengan kata lain, flavonoid, bukan zat aktif yang diduga (vitamin C), merupakan senyawa aktif yang sebenarnya terkandung dalam lemon. Szent-Györgyi menamai penemuannya "vitamin P" karena kemampuannya untuk mengurangi permeabilitas pembuluh darah, salah satu ciri khas penyakit kudis (defisiensi parah vitamin C).

Szent-Györgyi melanjutkan penelitiannya untuk menunjukkan bahwa gejala klinis penyakit kudis merupakan hasil dari kekurangan vitamin C dan vitamin P (flavonoid). Namun, karena flavonoid tidak dapat memenuhi semua kebutuhan vitamin D, maka penamaan vitamin P dihentikan. Meskipun flavonoid tidak dianggap sebagai nutrisi "esensial" seperti vitamin, flavonoid sama pentingnya bagi kesehatan manusia seperti vitamin dan mineral esensial.

Struktur Kuersetin dan Kolagen

Selain membantu vitamin C menjalankan tugasnya, kuersetin mampu meningkatkan kadar vitamin C intraseluler. Kuersetin juga memiliki berbagai efek menguntungkan pada permeabilitas kapiler dan aliran darah, terutama dengan memperkuat sel-sel yang menyusun kapiler (sel endotel) dan mendukung struktur kolagen. Kolagen, protein tubuh yang paling melimpah, bertanggung jawab untuk menjaga integritas jaringan ikat yang menyatukan jaringan dengan membentuk "substansi dasar" serta integritas tendon, ligamen, dan tulang rawan.

Kuersetin dan Kesehatan Paru-Paru

Kuersetin sangat penting dalam mendukung paru-paru. Jaringan paru-paru hanya terdiri dari sel-sel lapisan paru-paru (sel epitel), pembuluh darah kecil yang terdiri dari sel-sel endotel, dan jaringan ikat dengan kolagen yang berlimpah. Struktur, fungsi, dan integritas jaringan paru-paru sangat bergantung pada vitamin C dan flavonoid, seperti kuersetin. Flavonoid secara umum, dan kuersetin secara khusus, memengaruhi kolagen dalam beberapa cara, di antaranya dengan:

  • Memperkuat ikatan silang alami kolagen yang membentuk apa yang disebut matriks kolagen jaringan ikat.
  • Menghambat kerusakan kolagen selama peradangan dan infeksi.
  • Mencegah pembentukan dan pelepasan senyawa yang memicu peradangan dan kerusakan jaringan.

Manfaat pada kolagen dan kapiler ini membuat kuersetin dan flavonoid lainnya sangat penting dalam mendukung hampir seluruh jaringan tubuh, bukan hanya paru-paru. 

Selain Manfaat Antioksidan

Meskipun kuersetin telah menunjukkan efek antioksidan langsung dalam uji praklinis, hal itu tidak mungkin terjadi secara signifikan di dalam tubuh manusia.5,6 Mekanisme lain bertanggung jawab atas dampak keampuhannya dalam melindungi sel dari kerusakan oksidatif. Setelah diserap ke dalam tubuh dan sel-sel individu, kuersetin mengaktifkan senyawa seluler yang dikenal sebagai Nrf2. Senyawa ini, pada gilirannya, mengatur jaringan regulasi kompleks yang memengaruhi metabolisme, peradangan, produksi energi di dalam sel, dan respons imun. 

Menariknya, Nrf2 telah digambarkan sebagai "penjaga masa hidup", karena mampu melindungi sel dari kerusakan, penuaan, dan malfungsi. Kuersetin meningkatkan Nrf2 dan membantu Nrf2 melakukan tugasnya dalam mengoptimalkan kesehatan sel, termasuk kemampuan untuk meningkatkan mekanisme antioksidan.

Pada dasarnya, kuersetin membantu sel berfungsi lebih baik dan memberikan berbagai efek menguntungkan, termasuk kemampuan untuk mempertahankan dan mengembalikan fungsi mitokondria (kompartemen sel penghasil energi).7 Dengan meningkatkan produksi energi, sel dapat berfungsi lebih optimal dan mengatur dirinya sendiri dengan baik. 

Dengan meningkatkan fungsi mitokondria, kuersetin dapat mengatasi salah satu faktor penting yang berkaitan dengan proses penuaan, yakni penurunan fungsi mitokondria. Di otak, fungsi mitokondria ibarat sakelar peredup. Saat mitokondria menghasilkan energi yang cukup, otak kita menjadi cemerlang, tetapi jika fungsi mitokondria tidak mencukupi, sakelar peredup menjadikan kita pelupa dan otak menjadi "berkabut."

Meningkatkan Kinerja Mental dan Fisik 

Efek kuersetinpada fungsi mitokondria menunjukkan hasil positif yang terlihat dalam beberapa penelitian seputar peningkatan kinerja mental/fisik pada atlet.8 Namun, dampak keseluruhan dari bubuk kuersetin biasa pada kinerja atletik tidak terlalu signifikan.9 Sebaliknya, hasil yang lebih signifikan terlihat dengan bentuk kuersetin yang menunjukkan peningkatan penyerapan. Secara khusus, dalam sebuah penelitian di triathletes, Fitosom Kuersetin® dengan dosis 250 mg dua kali sehari memasok total dosis harian 200 mg kuersetin terbukti meningkatkan waktu kinerja serta mengurangi nyeri otot pascalatihan, kram, dan waktu pemulihan.10 Manfaat ini dikaitkan dengan kemampuan kuersetin untuk mengurangi stres oksidatif secara signifikan dan mencegah kerusakan sel darah merah (hemolisis). Waktu kinerja setelah mengonsumsi Fitosom Kuersetin® selama 14 hari menurun sekitar 10,6% dibandingkan dengan 2,4% pada kelompok kontrol. 

Menghilangkan Alergi

Sebelum fokus terbaru seputar peningkatan kesehatan imun, penggunaan yang paling populer dari kuersetin telah mendukung mekanisme anti-alergi. Penelitian yang cukup besar menunjukkan bahwa kuersetin menghambat produksi dan pelepasan histamin dan mediator kimia lainnya dari alergi yang dilepaskan oleh sel darah putih yang dikenal sebagai sel mast dan basofil.11

Sel mast tersebar luas di seluruh tubuh manusia tetapi memiliki konsentrasi yang lebih tinggi tepat di bawah sel-sel yang melapisi saluran pernapasan, saluran pencernaan, dan kulit. Basofil mengalir dalam darah.

Studi praklinis dengan kuersetin memperbaiki struktur dan fungsi sel mast dan basofil, sehingga tidak begitu reaktif terhadap rangsangan. Kuersetin juga memblokir kelebihan produksi histamin dan mediator kimia lainnya.11

Kuersetin dan bentuk yang diubah, EMIQ (isokuersetin yang diubah secara enzimatik), memiliki efek menguntungkan dalam mendukung orang-orang dengan reaksi alergi musiman.11,12 Namun, sekali lagi, manfaat ini tidak seberapa dibandingkan dengan menggunakan Fitosom Kuersetin®, bentuk kuersetin yang disempurnakan dengan ketersediaan hayati yang lebih baik.

Sebuah penelitian di Italia menunjukkan bahwa saat subjek sehat diberi Fitosom Kuersetin®, Fitosom Kuersetin® menghambat pelepasan histamin dalam uji tantangan histamin. Hal ini mengarahkan para peneliti untuk mempelajari Fitosom Kuersetin® pada 58 subjek uji yang mengalami alergi saluran pernapasan dan hidung. Semua subjek melanjutkan perawatan medis standar mereka, dan mengonsumsi 500 mg, 250 mg, atau tanpa Fitosom Kuersetin®. Hasil secara gamblang menunjukkan bahwa Fitosom Kuersetin® membantu meningkatkan fungsi pernapasan, iritasi hidung, dan status antioksidan dalam darah. Fitosom Kuersetin® juga membantu mengurangi penggunaan inhaler, obat tetes hidung, dan obat-obatan lainnya.13

Sifat Antivirus

Saat ini ada banyak sekali kehebohan seputar aktivitas antivirus kuersetin dalam memblokir masuknya virus ke dalam sel manusia atau menghambat kemampuan virus untuk bereplikasi. Memblokir entri sel sama pentingnya dengan menghambat replikasi karena masuknya virus merupakan langkah awal sebelum terinfeksi virus. Kuersetin tampaknya memiliki keunggulan dalam melawan virus pada saluran pernapasan. Dengan memblokir entri, kuersetin menghambat infeksi.14

Kuersetin juga mampu meningkatkan efek antivirus dari seng ionik. Saat seng tidak terikat pada molekul lain dalam keadaan ionik bebas, seng memberikan tindakan signifikan dalam menghalangi virus untuk bereplikasi. Proses ini dilakukan dengan menghambat enzim yang diproduksi oleh virus yang dikenal sebagai replikase. Enzim inilah yang digunakan virus untuk mereproduksi dirinya sendiri di dalam sel manusia. Kuersetin bertindak sebagai ionofor seng. Ionofor seng menciptakan saluran di dinding sel yang memungkinkan seng ionik bebas memasuki sel yang terinfeksi dan menghambat replikasi virus.15

Dalam hal efek antivirus langsung, kuersetin menghambat beberapa enzim yang perlu direplikasi virus. Kerja sama dengan vitamin C memberikan hasil yang lebih baik dan, dalam beberapa kasus, sangat penting untuk efek antivirus kuersetin.16 Vitamin C juga mampu meregenerasi kuersetin aktif di dalam tubuh. Setiap kali antioksidan melakukan fungsinya dalam menetralkan radikal bebas, vitamin C diubah menjadi bentuk tidak aktif. Dalam kasus kuersetin, vitamin C dapat didaur ulang kembali ke bentuk aktifnya. Oleh karena itu, kadar vitamin C dalam makanan dan suplementasinya harus mencukupi.

Kuersetin (dan vitamin C) juga meningkatkan produksi interferon. Jika Anda ingat, interferon merupakan agen antivirus tubuh yang dikeluarkan oleh sel darah putih (leukosit) untuk melawan infeksi virus. Kuersetin meningkatkan efek leukosit lainnya, termasuk peningkatan kemampuan untuk berpindah ke area infeksi, membunuh organisme yang menginfeksi, dan meningkatkan jumlah leukosit bila diperlukan.

Meningkatkan Fungsi Imun

Francesco Di Pierro, MD, Ph.D., seorang ahli imunologi dan mikrobiologi terkemuka dunia, melakukan dua studi klinis dengan bentuk Kuersetin yang disempurnakan (Fitosom Kuersetin®) pada tahap awal infeksi saluran pernapasan virus akut.17,18

Dalam studi pertama, 152 orang penderita infeksi saluran pernapasan atas dengan gejala ringan hingga sedang diobati dengan perawatan standar saja atau perawatan standar ditambah 500 mg Fitosom Kuersetin® (menyediakan 200 mg kuersetin) dua kali sehari selama 30 hari. Hasilnya sangat positif. Meskipun 28,9% orang dalam kelompok perawatan standar harus dirawat di rumah sakit, hanya 9,2% dari kelompok kuersetin yang memerlukan rawat inap. Perbedaan ini menunjukkan bahwa kuersetin memangkas tingkat rawat inap sebesar 68%. Dan saat subjek yang mengonsumsi kuersetin harus dirawat di rumah sakit, masa inapnya jauh lebih singkat. Dalam kelompok perawatan standar saja, masa inap rata-rata adalah 6,77 hari dibandingkan hanya 1,57 hari pada kelompok kuersetin. Selain itu, meskipun 10,5% dari kelompok perawatan standar berkembang menjadi kondisi yang sangat parah yang mengharuskan mereka masuk ke ICU dan tiga dari mereka meninggal dunia, tidak ada seorang pun yang mengonsumsi kuersetin harus dirawat di ICU, dan tidak ada dari mereka yang meninggal dunia.

Dalam studi kedua, 42 orang penderita infeksi saluran pernapasan atas dengan gejala ringan hingga sedang diobati dengan perawatan standar saja atau perawatan standar ditambah 500 mg Fitosom Kuersetin® (menyediakan 200 mg quercetin) tiga kali sehari pada minggu pertama dan dua kali sehari pada minggu kedua. Setelah satu minggu, dua orang dalam kelompok perawatan standar mendapat hasil tes negatif, dan empat orang lainnya mengalami perbaikan pada sebagian gejalanya. Pada kelompok yang diberi kuersetin, 16 orang mendapat hasil tes negatif, dan 12 orang lainnya mengalami perbaikan pada sebagian gejalanya. 

Cara Memilih Kuersetin Dengan Penyerapan Optimal

Seperti halnya kurkumin, penelitian menunjukkan beberapa manfaat dengan rutin mengonsumsi bubuk kuersetin. Tetapi hasil dari uji klinis dengan Fitosom Kuersetin® menunjukkan bahwa bentuk yang diserap lebih baik menghasilkan kadar darah yang lebih konsisten dan lebih tinggi. Dan diubah menjadi hasil yang unggul. Hasil dari penelitian yang menggunakan bentuk kuersetin yang disempurnakan telah mendorong penjualan kuersetin di pasaran.

Kedua pilihan ini tersedia di pasaran.

  • Fitosom Kuersetin®, yang merupakan kompleks kuersetin dengan lesitin bunga matahari (phosphatidylcholine).
  • Kuersetin LipoMicel Matrix™, yang merupakan "nanoemulsi" yang terdiri dari trigliserida rantai menengah yang mengelilingi dan menahan kuersetin pada posisinya di tengah "misel."

Uji klinis pada Fitosom Kuersetin® telah dilakukan. Namun, studi penyerapan terperinci menunjukkan bahwa 500 mg kuersetin sebagai Kuersetin LipoMicel Matrix™ menghasilkan penyerapan total yang sama. Namun, tingkat maksimum yang lebih tinggi dari 500 mg kuersetin yakni sebagai Fitosom Kuersetin®.19 Saat bentuknya menunjukkan kadar darah yang sama, keduanya disebut "bioekivalen."

Sejauh apa 500 mg kuersetin dari dua bentuk yang disempurnakan ini diubah menjadi bubuk kuersetin biasa, itu setidaknya merupakan faktor keuntungan penyerapan 10 kali lipat untuk Fitosom Kuersetin® dan Kuersetin LipoMicel Matrix™.19,20 Jadi, 500 mg kuersetin yang sebenarnya diubah menjadi sekitar 5.000 mg bubuk kuersetin untuk salah satu bentuk yang disempurnakan.

Untuk membandingkan Fitosom Kuersetin® dan Kuersetin LipoMicel Matrix™ secara praktis, beberapa rumus matematika harus digunakan untuk menghitung dosis (dan biaya) antara kedua bentuk karena kandungan kuersetin yang sebenarnya adalah 40% dari jumlah total Fitosom Kuersetin®. Pada saat bersamaan, hal ini dinyatakan sebagai konten kuersetin yang sebenarnya dengan Kuersetin LipoMicel Matrix™. Untuk menempatkan perbedaan ini dalam konteks, kapsul 250 mg Fitosom Kuersetin® memasok 100 mg kuersetin. Sebaliknya, Kuersetin LipoMicel Matrix™ mengandung 250 mg kuersetin per kapsul.

Penelitian dengan Fitosom Kuersetin® selama infeksi virus akut menggunakan dosis 500 mg (menyediakan 200 mg kuersetin) dua sampai tiga kali sehari. Untuk mengubah dosis tersebut ke dalam bentuk Kuersetin LipoMicel Matrix™, karena setiap kapsul mengandung 250 mg kuersetin, dosisnya adalah satu kapsul 250 mg dua hingga tiga kali sehari. Sekali lagi, 500 mg kuersetin dari kedua bentuk lanjutan setara dengan minimal 5.000 mg bubuk kuersetin biasa.

Referensi:

  1. Mirzaei H, Shakeri A, Rashidi B, Jalili A, Banikazemi Z, Sahebkar A. Phytosomal curcumin: A review of pharmacokinetics, experimental and clinical studies. Biomed Pharmacother. 2017;85:102-112.
  2. Belcaro G, Cesarone MR, Dugall M, et al. Efficacy and safety of Meriva®, a curcumin-phosphatidylcholine complex, during extended administration in osteoarthritis patients. Altern Med Rev. 2010;15(4):337-344.
  3. Nakagawa Y, Mukai S, Yamada S, et al. Short-term effects of highly-bioavailable curcumin for treating knee osteoarthritis: a randomized, double-blind, placebo-controlled prospective study. J Orthop Sci. 2014;19(6):933-939.
  4. Small GW, Siddarth P, Li Z, et al. Memory and Brain Amyloid and Tau Effects of a Bioavailable Form of Curcumin in Non-Demented Adults: A Double-Blind, Placebo-Controlled 18-Month Trial. Am J Geriatr Psychiatry. 2018;26(3):266-277.
  5. Xu D, Hu MJ, Wang YQ, Cui YL. Antioxidant Activities of Quercetin and Its Complexes for Medicinal Application. Molecules. 2019;24(6):1123.
  6. Batiha GE, Beshbishy AM, Ikram M, et al. The Pharmacological Activity, Biochemical Properties, and Pharmacokinetics of the Major Natural Polyphenolic Flavonoid: Quercetin. Foods. 2020;9(3):374.
  7. de Oliveira MR, Nabavi SM, Braidy N, Setzer WN, Ahmed T, Nabavi SF. Quercetin and the mitochondria: A mechanistic view. Biotechnol Adv. 2016;34(5):532-549.
  8. MacRae HS, Mefferd KM. Dietary antioxidant supplementation combined with quercetin improves cycling time trial performance. Int J Sport Nutr Exerc Metab. 2006;16(4):405-419.
  9. Pelletier DM, Lacerte G, Goulet ED. Effects of quercetin supplementation on endurance performance and maximal oxygen consumption: a meta-analysis. Int J Sport Nutr Exerc Metab. 2013;23(1):73-82.
  10. Riva A, Vitale JA, Belcaro G, et al. Quercetin phytosome® in triathlon athletes: a pilot registry study. Minerva Med. 2018 Aug;109(4):285-289. 
  11. .Jafarinia M, Sadat Hosseini M, Kasiri N, et al. Quercetin with the potential effect on allergic diseases. Allergy Asthma Clin Immunol. 2020;16:36.
  12. Kawai M, Hirano T, Arimitsu J, et al. Effect of enzymatically modified isoquercitrin, a flavonoid, on symptoms of Japanese cedar pollinosis: a randomized double-blind placebo-controlled trial. Int Arch Allergy Immunol 2009;149:359–368.
  13. Cesarone MR, Belcaro G, Hu S, et al. Supplementary prevention and management of asthma with quercetin phytosome: a pilot registry. Minerva Med. 2019;110(6):524-529.
  14. Di Petrillo A, Orrù G, Fais A, Fantini MC. Quercetin and its derivates as antiviral potentials: A comprehensive review. Phytother Res. 2022;36(1):266-278.
  15. Dabbagh-Bazarbachi H, Clergeaud G, Quesada IM, et al. Zinc ionophore activity of quercetin and epigallocatechin-gallate: from Hepa 1-6 cells to a liposome model. J Agric Food Chem. 2014 Aug 13;62(32):8085-93.
  16. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7318306/ 
  17. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/34135619/ 
  18. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8238537/ 
  19. Soldier J, Chang C, Roh K et al. Quercetin LipoMicel—A Novel Delivery System to Enhance Bioavailability of Quercetin. J Nat Health Prod Res. 2021;3(2):1-.
  20. Riva A, Ronchi M, Petrangolini G, Bosisio S, Allegrini P. Improved Oral Absorption of Quercetin from Quercetin Phytosome®, a New Delivery System Based on Food Grade Lecithin. Eur J Drug Metab Pharmacokinet. 2019;44(2):169-177.