“Manusia sendirilah yang menentukan kesehatan dan penyakitnya sendiri” —Buddha

PENAFIAN: Depresi merupakan masalah kesehatan yang serius. Jangan pernah berhenti minum obat resep tanpa berkonsultasi terlebih dulu dengan dokter. Bicaralah dengan dokter sebelum menambahkan suplemen apa pun ke dalam resep obat antidepresan Anda.

Depresi merupakan gangguan suasana hati yang berhubungan dengan perasaan sedih dan kehilangan kesenangan dalam hidup. Depresi bisa menjadi sangat parah sehingga dapat menyebabkan perilaku menarik diri, penyalahgunaan zat, bahkan hingga bunuh diri. Di seluruh dunia, jutaan orang terkena depresi—kondisi ini dapat terjadi pada siapa saja, pada usia berapa saja, dari segala latar belakang sosial ekonomi. Depresi sering kali berasal dari trauma di masa kanak-kanak atau pengalaman negatif orang dewasa yang mengakibatkan masalah yang tidak terselesaikan yang sulit untuk diatasi. Namun, terkadang depresi bisa terjadi tanpa penyebab yang jelas.

Beberapa kondisi memiliki kemiripan dengan depresi, termasuk gangguan stres pascatrauma (PTSD), hipotiroidisme, penyakit autoimun, atau infeksi kronis tingkat rendah. Semua ini perlu dikesampingkan pada orang yang diduga mengalami depresi.

Pengobatan yang paling umum meliputi konseling profesional dan resep obat antidepresan. Obat yang diresepkan untuk depresi meningkatkan kadar serotonin otak, zat kimia (neurotransmiter) yang membantu mengirim sinyal sehat dari satu sel otak ke sel otak lainnya—peneliti meyakini bahwa ketidakseimbangan atau penurunan kadar serotonin berkontribusi pada perasaan depresi. Namun, ada juga banyak bukti terkait faktor lain yang dapat memengaruhi suasana hati, seperti mikrobioma usus dan kesehatan mitokondria (sel penghasil energi tubuh).

Orang yang memiliki masalah pencernaan dan usus bocor akan mengalami pertumbuhan berlebih bakteri “jahat”, yang melepaskan zat yang disebut LPS (lipopolisakarida) ke dalam aliran darah, yang mengakibatkan peningkatan gejala kelelahan dan depresi. Oleh karena itu, memperbaiki usus mungkin merupakan langkah pertama yang penting untuk meningkatkan suasana hati secara keseluruhan. Demikian juga, menurut sebuah studi tahun 2011, disfungsi mitokondria dan peradangan meningkatkan kemungkinan depresi, sehingga meningkatkan kesehatan mitokondria otak bisa membantu meningkatkan suasana hati.  

Makanan dan Depresi

Makanan yang kita masukkan ke dalam tubuh kita dapat memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan fisik dan kesehatan mental kita. Makanan yang terdiri dari gula berlebih, makanan olahan, makanan cepat saji, dan tepung yang diperkaya tidak baik bagi kesehatan jantung dan meningkatkan risiko diabetes. Studi menunjukkan bahwa makanan tinggi gula juga dapat memperburuk depresi. Studi tahun 2015 pada American Journal of Clinical Nutrition, menunjukkan bahwa wanita pascamenopause yang mengonsumsi makanan tinggi gula mengalami peningkatan risiko depresi. Sebuah studi tahun 2002 juga mendukung hubungan antara asupan gula yang tinggi dan timbulnya depresi. Bahkan diet soda dapat mempengaruhi suasana hati, menurut sebuah studi tahun 2014. Studi ini menyimpulkan bahwa konsumsi minuman manis, termasuk minuman bersoda, meningkatkan risiko depresi, sementara konsumsi kopi menurunkan risiko depresi.

Olahraga sebagai Terapi

Diketahui bahwa olahraga dapat membantu jantung dan sistem peredaran darah. Namun, sedikit yang menyadari bahwa olahraga juga merupakan terapi bagi mereka yang memiliki gejala depresi.

Studi tahun 2006 pada European Journal of Public Health menunjukkan bahwa wanita yang melakukan joging lima kali per minggu mengalami perbaikan gejala depresi jika dibandingkan dengan yang tidak berolahraga. Sebuah studi pada tahun 2002 menunjukkan bahwa mereka yang berusia 65 tahun ke atas mengalami penurunan 30 persen gejala depresi dengan aktivitas kelompok dan olahraga bila dibandingkan dengan mereka yang tidak berpartisipasi dalam olahraga kelompok. Studi juga menunjukkan bahwa olahraga membantu meningkatkan kepadatan mitokondria (energi) di otak, penjelasan yang masuk akal terkait bagaimana olahraga dapat membantu mengurangi depresi.

Orang-orang yang memiliki kondisi kesehatan kronis seperti penyakit jantung atau diabetes harus berkonsultasi dengan dokter sebelum memulai rutinitas olahraga baru.

Racun Lingkungan

Menghindari racun sangat penting untuk kesehatan secara keseluruhan. Mengonsumsi buah dan sayuran organik merupakan awal yang baik karena beberapa penelitian menunjukkan peningkatan paparan pestisida dapat meningkatkan risiko depresi. Minum air dari botol air bebas BPA serta menggunakan produk kesehatan, mandi, dan kecantikan yang bebas racun juga disarankan.

Suplemen Utama untuk Mengatasi Depresi

Asam Lemak Esensial

Asam lemak esensial omega-3 sebagian besar terdiri dari asam eikosapentanoat (EPA) dan asam dokosaheksaenoat (DHA). Studi tahun 2014 pada Nutrition Journal menunjukkan bahwa mayoritas orang Amerika tidak cukup mengonsumsi asam lemak esensial omega-3, yang dapat ditemukan di berbagai sumber makanan, termasuk ikan (makerel,kod, dan salmon yang memiliki kandungan terbanyak), kacang kenari, biji chia, biji rami, biji hemp, dan natto.

Komponen besar dari otak manusia adalah asam lemak, sehingga tidak heran jika senyawa ini berperan dalam mengatur suasana hati. Studi pada tahun 2018 menunjukkan bahwa wanita yang melengkapi makanan mereka dengan minyak ikan omega-3 selama kehamilan atau segera sesudahnya, lebih kecil kemungkinannya mengalami depresi pascamelahirkan.

Lebih lanjut, sebuah studi meta-analisis pada tahun 2009 menyimpulkan bahwa minyak ikan omega-3 dapat membantu dalam pengobatan gangguan depresi. Demikian pula, studi pada tahun 2014 menunjukkan minyak ikan omega-3 bermanfaat dalam pengobatan orang-orang yang memiliki gangguan depresi berat.

Dosis yang disarankan: 1.000-2.000 mg sekali atau dua kali sehari.

Vitamin D

Dalam praktik medis saya di California Selatan, di mana langit bersinar cerah selama lebih dari 300 hari per tahun, empat dari lima (80 persen) pasien saya memiliki gejala klinis defisiensi vitamin D, ditentukan oleh kadar darah 30 ng/ml (75 nmol/l) atau lebih rendah.   

Studi buta ganda terkontrol plasebo di tahun 2018 menunjukkan bahwa pasien dengan penyakit radang usus dan depresi melihat penurunan yang signifikan dalam gejala depresi mereka saat diberi pengganti vitamin D. Studi meta-analisis lainnya di tahun 2018 dari 948 pasien menyimpulkan, suplementasi“Vitamin D berdampak positif pada peringkat depresi pada depresi berat dengan efek moderat”.  

Dosis yang disarankan: 2,000 IU sampai 5,000 IU harian.

Magnesium

Mineral penting dan “kofaktor” enzim terlibat dalam lebih dari 350 reaksi kimia di dalam tubuh manusia. Asupan makanan kaya magnesium yang memadai, yang meliputi sayuran berdaun hijau, sangatlah penting. Sering kali, makanan saja tidak cukup, dan konsumsi suplemen diperlukan. Menurut sebuah studi tahun 2009, 68 persen orang Amerika mengonsumsi kurang dari angka kecukupan gizi (RDA) AS. Untuk pria, dosis yang dianjurkan adalah 420 mg per hari dan untuk wanita, 320 mg per hari.

Obat-obatan tertentu meningkatkan risiko kekurangan magnesium. Obat-obatan ini meliputi pengurang asam (yaitu omeprazol, pantoprazol, ranitidin) dan diuretik (yaitu furosemida, triamteren, hidroklorotiazid).

Magnesium bermanfaat bagi orang-orang yang mengalami depresi. Penelitian telah menunjukkan bahwa orang yang mengalami depresi memiliki kadar magnesium otak yang lebih rendah jika dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami depresi.  Selain itu, rendahnya magnesium dalam darah menyebabkan kadar serotonin otak lebih rendah.

Dosis yang disarankan:  125 sampai 500 mg per hari.

Seng

Penelitian telah menunjukkan, orang yang mengalami depresi lebih cenderung memiliki kadar seng yang lebih rendah dalam darah mereka. Studi tahun 2017 pada Frontiers in Pharmacology mengonfirmasikan pentingnya seng pada orang yang mengalami depresi. Studi yang sama juga menunjukkan bahwa penggantian seng dapat membantu dalam mengobati psikosis. Seng dapat ditemukan di sebagian besar multivitamin atau sebagai suplemen terpisah.

Dosis yang dianjurkan: 25 mg per hari.

Vitamin B12

Vitamin B12 (juga disebut sebagai cobalamin atau cyanocobalamin) merupakan nutrien penting yang dibutuhkan tubuh Anda untuk membantu mengoptimalkan kesehatan otak, saraf, dan darah. Namun, terlepas dari fungsinya yang penting, ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa orang-orang di seluruh dunia mengalami kekurangan nutrisi penting ini.   

Selain itu, vitamin B2 (riboflavin), B6 (piridoksin), dan B9 (folat) juga telah terbukti bermanfaat bagi kesehatan saraf. Banyak yang mengonsumsi vitamin B-kompleks untuk memastikan tubuh memperoleh semua jenis vitamin B.

SAMe

Saat dipublikasikan oleh National Institutes of Health pada tahun 2002, SAM-e terbukti dapat membantu mengurangi gejala yang berhubungan dengan depresi. Studi tahun 2016 menunjukkan SAM-e, saat dikonsumsi, selain obat SSRI, juga memberikan manfaat tambahan dalam pengobatan depresi.  

Dalam sebuah penelitian tahun 2004 terhadap pasien yang tidak menanggapi obat antidepresan konvensional yang diresepkan oleh dokter mereka, SAM-e berhasil membantu 43 persen pasien membaik.  

Selanjutnya, sebuah studi buta ganda terkontrol acak pada tahun 2010 dari pasien dengan depresi berat menunjukkan peningkatan yang signifikan saat SAM-e ditambahkan ke dalam resep obat mereka bila dibandingkan dengan plasebo (pil gula). Yang terakhir, studi terbaru pada tahun 2015 menunjukkan manfaat serupa saat 800 hingga 1.600 mg SAM-e diberikan kepada pasien depresi selama 16 minggu seperti yang dilakukan dalam studi tahun 2016.  

Dosis yang disarankan: 800 hingga 1.600 mg per hari.

Bukti lebih lanjut bahwa pendekatan holistik diperlukan berasal dari studi tahun 2016, yang menyimpulkan, “Bukti saat ini mendukung penggunaan tambahan dari SAMe, metil-folat, omega-3, dan vitamin D dengan antidepresan untuk mengurangi gejala depresi.” Dengan kata lain, orang yang mengonsumsi lebih dari satu suplemen nutrisi menunjukkan perbaikan yang lebih signifikan.

Suplemen Sekunder untuk Mengatasi Depresi

Jika suplemen utama tampaknya tidak dapat mencapai hasil yang diinginkan, maka penambahan suplemen sekunder ini dapat dipertimbangkan.

5 HTP

Studi tahun 2017 menunjukkan bahwa 5-HTP, bila diberikan dengan kreatin monohidrat, dapat membantu memperbaiki gejala depresi pada orang-orang yang tidak mengalami perbaikan saat mengonsumsi obat antidepresan.

Kreatin Monohidrat

Studi tahun 2012 menunjukkan bahwa kreatin monohidrat dapat membantu penderita depresi yang kebal terhadap SSRI. Seperti yang sudah disebutkan di atas, saat kreatinin dikonsumsi bersamaan dengan 5-HTP, gejala depresi juga terlihat membaik.

Lemon Balm

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan pada tikus, ditemukan bahwa lemon balm meningkatkan aktivitas serotonergik. Tikus yang menerima air dengan ekstrak lemon balm menunjukkan “perilaku seperti depresi berkurang secara signifikan” bila dibandingkan dengan tikus yang menerima plasebo [iii]. Ini menunjukkan bahwa lemon balm dapat berperan dalam membantu mengatasi gejala depresi.

Akar Emas

Studi tahun 2016 pada Phytomedicine menunjukkan Rhodiola bisa menjadi pengobatan yang efektif bagi mereka yang menderita depresi karena dapat membantu menyeimbangkan neurotransmiter otak.

Referensi:

  1. Bansal Y, Kuhad A. Mitochondrial Dysfunction in Depression. Current Neuropharmacology. 2016;14(6):610- 618. doi:10.2174/1 570159X14666160229114755.
  2. Hannestad J, Subramanyam K, DellaGioia N, et al. Glucose Metabolism in the Insula and Cingulate is affected by Systemic Inflammation in Humans. Journal of nuclear medicine: official publication, Society of Nuclear Medicine. 2012;53(4):601-607. doi:10.2967/jnumed.111.097014
  3. Gardner A, Boles RG. Beyond the serotonin hypothesis: mitochondria, inflammation and neurodegeneration in major depression and affective spectrum disorders. Prog Neuropsychopharmacol  Biol Psychiatry. 2011 Apr 29;35(3):730 – 43.
  4. Westover AN, Marangell LB. A cross national relationship  between sugar consumption and major depression? Depression  and Anxiety. 2002;16:118 –120
  5. Gangwisch JE, et al. High glycemic index diet as a risk factor for depression: analyses from the Women’s Health Initiative. Am J Clin Nutr. 2015;102:454 – 463.
  6. Depress Anxiety. 2002;16(3):118-20.
  7. Guo X, et al. Sweetened Beverages, Coffee, and Tea and  Depression Risk Among Older US Adults. PLoS ONE. 2014;9:e94715
  8. Eur J Public Health. 2006 Apr;16(2):179-84. Epub 2005 Aug 26.
  9. Br J Psychiatry. 2002 May;180:411-5.
  10. Appl Physiol Nutr Metab. 2011 Oct;36(5):598-607. doi: 10.1139/h11-076. Epub 2011 Sep 2.
  11. Freire C, Koifman S. Pesticides, depression and suicide: a systematic review of the epidemiological evidence. Int J Hyg Environ  Health. 2013 Jul;216(4):445-460. doi: 10.1016/j.ijheh.2012.12.003.
  12. Papanikolaou Y, Brooks J, Reider C, Fulgoni VL. U.S. adults are not meeting recommended levels for fish and omega-3 fatty acid intake: results of an analysis using observational data from NHANES 2003–2008. Nutrition Journal. 2014;13:31. doi:10.1186/1475-2891-13-31.
  13. Journal of  Affective Disorders. 2018 May 16;238:47-61. doi: 10.1016/j.jad.2018.05.018.
  14. Kraguljac NV, Montori VM, Pavuluri M, Chai HS, Wilson BS, Unal SS. Efficacy of omega -3 fatty acids in mood disorders  - a systematic review and meta-analysis. Psychopharmacol Bull. 2009;42(3):39- 54.
  15. Grosso G, Pajak A, Marventano S, et al. Role of Omega-3 Fatty Acids in the Treatment of Depressive Disorders: A Comprehensive Meta-Analysis of Randomized Clinical Trials. Malaga G, ed. PLoS ONE. 2014;9(5):e96905. doi:10.1371/journal.pone.0096905.
  16. J Postgrad Med. 2018 Jun 21. doi: 10.4103/jpgm.JPGM_571_17. [Epub ahead of print]
  17. Jacka FN, Overland S, Stewart R, Tell GS, Bjelland I, Mykletun A. Association between magnesium intake and depression and anxiety in community- dwelling adults: the Hordaland Health Study. Aust NZ J Psychiatry. 2009;43:45–52.
  18. Eby GA, Eby KL, Murk H. Magnesium and major depression. In: Vink R, Nechifor M, editors. Magnesium in the Central Nervous System [Internet]. Adelaide (AU): University of Adelaide Press; 2011. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507265/
  19. Int J Mol Sci. 2017 Nov 23;18(12). pii: E2506. doi: 10.3390/ijms18122506.
  20. Petrilli MA, Kranz TM, Kleinhaus K, et al. The Emerging Role for Zinc in Depression and Psychosis. Frontiers in Pharmacology. 2017;8:414. doi:10.3389/fphar.2017.00414.
  21. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK36942
  22. http://ajp.psychiatryonline.org/doi/pdf/10.1176/appi.ajp.2016.15091228
  23. J Clin Psychopharmacol. 2004 Dec;24(6):661-4.
  24. Am J Psychiatry. 2010 Aug;167(8):942-8. doi: 10.1176/appi.ajp.2009.09081198. Epub 2010 Jul 1.
  25. Bambling M, Parham SC, Coulson S, et al: S-adenosylmethionine (SAMe) and magnesium orotate as adjunctives to SSRIs in suboptimal treatment response of depression in adults: a pilot study. Adv Integr Med 2015; 2:56–62
  26. CNS Neurol Disord Drug Targets. 2016;15(1):35-44.
  27. http://ajp.psychiatryonline.org/doi/pdf/10.1176/appi.ajp.2016.15091228
  28. J Clin Psychopharmacol. 2017 Oct;37(5):578-583. doi: 10.1097/JCP.0000000000000754.
  29. [1] Lyoo IK, Yoon S, Kim T-S, et al. A Randomized, Double-Blind Placebo-Controlled Trial of Oral Creatine Monohydrate Augmentation for Enhanced Response to a Selective Serotonin Reuptake Inhibitor in Women With Major Depressive Disorder. The American journal of psychiatry. 2012;169(9):937-945. doi:10.1176/appi.ajp.2012.12010009.
  30. Phytomedicine. 2016 Jun 15;23(7):770-83. doi: 10.1016/j.phymed.2016.02.009. Epub 2016 Feb 24