N-asetil l-sistein (NAC) merupakan antioksidan kuat yang berasal dari asam amino alami. Meskipun dokter biasanya menggunakan NAC untuk menangani orang yang mengalami overdosis parasetamol (asetaminofen, Tylenol), suplementasi NAC dan/atau prekursornya glutation tampaknya memiliki manfaat kesehatan tambahan. Satu bidang khusus yang menarik bagi para peneliti adalah efek NAC pada sistem imun. 

Setelah ditelan, tubuh mengubah NAC yang lebih stabil menjadi glutation yang kurang stabil, yang terdiri dari tiga asam amino: glisin, sistein, dan asam glutamat. Glutation secara alami ada pada manusia, hewan, tumbuhan, dan jamur, tempat senyawa ini membantu melindungi sel dari kerusakan oksidatif. Selain itu, glutation membantu tubuh “mendaur ulang” vitamin E dan C. Penelitian menunjukkan bahwa kadar glutation yang lebih tinggi dalam darah dikaitkan dengan penurunan risiko penyakit, terutama pada lansia. 

Mengonsumsi makanan kaya sulfur berikut dapat membantu seseorang mengoptimalkan kadar glutation dalam darah. Jika makanan saja tidak cukup, suplementasi dapat dipertimbangkan. 

Sayur-sayuran dan buah-buahan yang kaya sulfur:

  • alpukat
  • brokoli
  • kubis
  • kembang kol
  • bawang putih
  • jeruk limau gedang
  • kale
  • bawang bombai
  • tomat

Makanan kaya sistein seperti ayam, kalkun, yoghurt, keju, telur, biji bunga matahari, dan legum juga dapat membantu meningkatkan kadar glutation dalam darah. NAC merupakan suplemen nutrisi yang biasa dikonsumsi untuk membantu meningkatkan kadar glutation. Sejumlah orang juga memilih untuk mengonsumsi suplemen glutation tambahan. 

Para pendukungnya menunjukkan bahwa NAC/glutation dapat membantu dalam hal berikut ini.

Sistem Imun dan Infeksi

Sistem imun yang sehat diperlukan untuk melawan patogen berbahaya yang kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari, termasuk virus, bakteri, dan jamur. Bergantung pada imunitas bawaan dan adaptif, kesehatan imun dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor gaya hidup mulai dari olahraga dan kebiasaan tidur hingga pola makan dan manajemen stres. 

Ada juga bukti bahwa glutation dapat berperan penting dalam menjaga sistem imun yang kuat. Penelitian menunjukkan glutation, yang secara alami diproduksi di hati, sangat penting untuk membantu menjaga sel darah putih, atau limfosit, tetap siap untuk melawan infeksi dan penyakit. 

Sebuah penelitian tahun 2011 menunjukkan kondisi berikut ini terkait dengan kadar glutation yang lebih rendah dalam darah.

  • Cedera paru akut/sindrom gangguan pernapasan akut
  • Bronkitis kronis
  • Penyakit paru obstruktif kronis
  • Fibrosis sistik
  • Fibrosis paru idiopatik
  • Berbagai infeksi bakteri dan virus 

Mengonsumsi makanan yang kaya akan sulfur dan sistein dapat membantu meningkatkan kadar glutation dalam tubuh. Jika makanan tidak cukup untuk meningkatkan kadar glutation , cobalah untuk mengonsumsi suplemen. 

Kesehatan Pernapasan

Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), yang meliputi emfisema dan bronkitis kronis, merupakan penyakit pernapasan umum yang biasanya disebabkan oleh penggunaan tembakau. Meskipun obat-obatan farmasi berguna dalam membantu melegakan pernapasan bagi penderita penyakit radang paru ini, banyak orang tetap memilih pendekatan yang lebih alami. 

Sering kali, seseorang akan menggunakan obat resep selain suplemen seperti NAC, yang merupakan salah satu yang paling umum digunakan. Meskipun NAC dapat dikonsumsi sebagai suplemen oral, larutan oral juga dapat dibuat oleh apotek khusus dan digunakan dalam mesin nebulizer.

Sebuah penelitian tahun 2012 menunjukkan bahwa NAC dapat membantu menguraikan lendir berlebihan yang terbentuk di paru-paru orang yang sakit, sementara penelitian tahun 2013 di Chest juga menunjukkan manfaat NAC pada paru-paru penderita PPOK. Sebuah penelitian tahun 2016 di Respiratory Medicine menyimpulkan bahwa “NAC memiliki sifat antibakteri yang baik dan kemampuan untuk mengganggu pembentukan biofilm serta menghancurkan biofilm.” Kendati demikian, penelitian lebih lanjut diperlukan, menurut para peneliti. 

Sebuah penelitian tahun 2014 membahas bukti NAC membantu mengurangi eksaserbasi PPOK dan meningkatkan fungsi saluran napas kecil. Sebuah penelitian tahun 2016 di Expert Review of Respiratory Medicine menyimpulkan bahwa dosis NAC di atas 1.200 mg per hari dapat membantu mencegah eksaserbasi akut pada penderita PPOK; hal ini penting karena banyak penderita penyakit paru kronis akhirnya masuk rumah sakit pada saat mengalami serangan akut. Para peneliti melanjutkan dengan menyatakan bahwa 600 mg per hari sudah cukup untuk membantu menstabilkan penderita bronkitis kronis. 

Namun, penelitian tahun 2015 dan 2018 tidak menunjukkan manfaat signifikan dari NAC oral atau inhalasi pada penderita penyakit paru. Meski demikian, hal membahayakan juga tidak dilaporkan, jadi mereka yang ingin mencobanya dapat melakukannya dengan aman. Saran saya adalah jika Anda merasakan manfaatnya, lanjutkan untuk mengonsumsinya. Jika tidak ada manfaatnya, hentikan saja. 

Kesehatan Hati

Hati merupakan penyaring darah utama tubuh dan bertanggung jawab untuk menghilangkan bahan kimia yang berpotensi berbahaya (pestisida, alkohol, obat-obatan, dan lainnya) dari darah kita. NAC secara khusus membantu melindungi hati dari racun, seperti asetaminofen (parasetamol), alkohol, dan bahan kimia lingkungan lainnya. NAC juga bekerja dengan membantu tubuh membangun kadar glutation intrasel, yang memungkinkan hati untuk mendetoksifikasi bahan kimia.

Orang-orang yang secara rutin menggunakan asetaminofen (Tylenol, parasetamol) untuk nyeri kronis harus menyadari bahwa penggunaan terus-menerus dapat memberikan tekanan ekstra pada hati dan menurunkan kadar glutation. Menurut pendapat saya, suplementasi NAC atau N-asetil sistein untuk membantu meminimalkan stres hati patut dipertimbangkan.

Kesehatan Jantung

Penyakit jantung merupakan penyebab kematian utama di Amerika Serikat, Eropa, dan Asia. Sayangnya, karena semakin banyak negara yang mengadopsi gaya hidup Barat menggantikan pola makan leluhur mereka, penyakit jantung akan terus berkembang. Di Amerika Serikat saja, kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah membunuh hampir 1 juta orang setiap tahun, yang tidak semestinya demikian. Serangan jantung dan kerusakan jantung yang diakibatkannya disebabkan oleh penyakit jantung. 

Diabetes dan adanya peningkatan kadar gula darah juga dapat berdampak negatif pada jantung sehingga meningkatkan risiko serangan jantung. Sebuah penelitian tahun 2016 pada tikus menunjukkan bahwa “kerusakan akibat gula” pada jaringan jantung dapat diminimalkan saat subjek disuplementasi dengan NAC. Ini menyiratkan bahwa NAC dapat melindungi jantung penderita diabetes. 

Sebuah penelitian tahun 2018 pada tikus menunjukkan bahwa NAC dapat membantu mengurangi cedera karena aliran oksigen yang buruk ke jantung. Penelitian lain di tahun yang sama menunjukkan manfaatnya dalam melindungi jaringan jantung dari serangan jantung. 

Sebuah penelitian pada manusia di tahun 2018 mengevaluasi pasien dengan pembesaran jantung, khususnya kondisi yang disebut dokter kardiomiopati hipertrofi (HCM). Dalam penelitian buta ganda, acak, sesuai jenis kelamin, terkontrol plasebo, pasien diberi pil plasebo atau NAC dengan dosis 2.400 mg per hari. Dalam penelitian ini, yang berlangsung selama 12 bulan, 29 pasien mendapat NAC sementara 13 pasien ditempatkan pada kelompok plasebo. Para peneliti menyimpulkan bahwa ada sedikit perbaikan, tetapi karena terbatasnya jumlah pasien dalam penelitian ini, kesimpulan yang kuat tidak dapat ditarik. 

Sebuah penelitian tahun 2019 menunjukkan bahwa NAC dapat membantu melindungi jantung tikus dari efek samping obat kemoterapi yang digunakan untuk mengobati kanker. Penting: jika menjalani pengobatan kanker, Anda sangat perlu untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi suplemen apa pun. 

Kesehatan Mental

Kondisi kesehatan mental, seperti kecemasan, depresi, dan skizofrenia, merupakan tantangan bagi pasien, keluarga, dan masyarakat. Pola makan dan olahraga sangat penting untuk memastikan kesehatan mental dan kesejahteraan yang optimal, dan obat-obatan kerap diresepkan oleh dokter untuk membantu mengobati ketidakseimbangan kimia. Obat-obatan sering kali bermanfaat, tetapi banyak orang tidak meminum obat yang direkomendasikan dokter karena takut akan efek sampingnya. Perawatan alami kerap dicari, dan NAC merupakan salah satu yang umum digunakan. Ini mungkin memberi manfaat.

Sebuah penelitian tahun 2018 menunjukkan bahwa NAC mungkin membantu dalam perawatan orang yang mengalami depresi bipolar, sementara sebuah penelitian tahun 2016 menunjukkan bahwa NAC mungkin membantu saat dikonsumsi sebagai tambahan obat-obatan rutin yang digunakan untuk menangani skizofrenia. 

Sebuah penelitian lainnya di tahun 2018 juga mengevaluasi pasien skizofrenia. Penelitian ini merupakan uji klinis 12 minggu, buta ganda, acak, terkontrol plasebo. Tujuannya adalah untuk mengevaluasi efektivitas 1.200 mg N-asetil sistein (NAC), atau plasebo, sebagai tambahan obat-obatan skizofrenia konvensional. Secara total, 84 pasien skizofrenia kronis diteliti. Pasien yang menerima NAC mengalami peningkatan keseluruhan dibandingkan dengan pasien yang diberi plasebo. 

Sebuah penelitian tahun 2017 di Psychological Medicine menyimpulkan, “NAC mungkin berdampak bagi kinerja kognitif pada psikosis karena peningkatan ingatan jangka pendek yang signifikan teramati pada kelompok yang diberi perlakuan NAC dibandingkan dengan plasebo.”

Kesuburan

Masalah kesuburan merupakan masalah umum yang dialami oleh puluhan juta orang di seluruh dunia. Ada banyak hal yang menjadi penyebabnya, dan baik wanita maupun pria dapat mengalaminya. NAC tampaknya berperan penting terhadap kesuburan karena kadar antioksidannya 

Sindrom ovarium polikistik (PCOS) merupakan penyebab umum ketaksuburan. Untungnya, kondisi ini sering disebabkan oleh pola makan dan gaya hidup; karena itu, membuat perubahan yang tepat, termasuk penurunan berat badan, dapat membantu keberhasilan kehamilan. Namun, adakalanya obat-obatan diperlukan.

Sebuah penelitian tahun 2017 menunjukkan bahwa NAC, saat dikonsumsi dengan obat PCOS clomiphene yang umum digunakan, dapat bermanfaat bagi wanita yang ingin hamil. Catatan: Berkonsultasilah selalu terlebih dahulu dengan dokter sebelum Anda mulai menggunakan suplemen. 

Sebuah penelitian tahun 2020 membandingkan NAC dengan metformin, obat yang biasa digunakan untuk PCOS. Penelitian tersebut menemukan bahwa NAC bukan hanya membantu penurunan berat badan, tetapi juga menurunkan kadar testosteron pada wanita. Para peneliti menyimpulkan bahwa NAC dapat dianggap sebagai alternatif metformin. Tingkat kehamilan serupa pada dua kelompok tersebut.

Sebuah penelitian tahun 2019 juga menunjukkan harapan bagi pria yang memiliki kualitas sperma kurang optimal. Dalam penelitian tersebut, baik jumlah maupun motilitas sperma meningkat, dan para peneliti menyimpulkan, “Suplementasi NAC 

dapat meningkatkan parameter sperma dan status oksidatif/antioksidan pada pria taksubur.”

Kontrol Gula Darah

Di seluruh dunia, lebih dari 422 juta orang menderita diabetes. Sebagian besar, 90 hingga 95 persen, menderita diabetes tipe 2, yaitu kondisi yang sebagian besar disebabkan oleh faktor gaya hidup, seperti pola makan yang buruk dan aktivitas fisik yang terbatas. Setelah penyakit mulai, diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah dan terjadi saat sistem imun secara keliru menyerang pankreas sehingga menghalangi pankreas mensekresi insulin. 

Sebuah penelitian tahun 2018 di American Journal of Cardiovascular Drugs menunjukkan bahwa jantung penderita diabetes lebih terlindungi dengan adanya suplementasi NAC . Secara khusus, para peneliti berkomentar bahwa “NAC menunjukkan potensi kuat untuk perlindungan jantung diabetes dengan risiko infark miokard melalui penghambatan stres oksidatif...”

Lebih lanjut, artikel tinjauan tahun 2019 di Pharmacological Research membahas bukti yang menunjukkan NAC dapat membantu meningkatkan sensitivitas insulin pada penderita resistensi insulin, pradiabetes, dan diabetes. 

Meskipun penggunaan suplemen diabetes dapat bermanfaat bagi sejumlah orang dengan kondisi tersebut, perubahan gaya hidup sehat merupakan dasar untuk mengendalikan kadar gula darah. Penderita diabetes tidak boleh berhenti minum obat tanpa berkonsultasi terlebih dulu dengan dokter mereka.

Referensi:

  1. Julius M, Lang CA, Gleiberman L, Harburg E, DiFranceisco W, Schork A. Glutathione and morbidity in a community-based sample of elderly. J Clin Epidemiol. 1994;47(9):1021–1026. doi:10.1016/0895-4356(94)90117-1Dröge W, Breitkreutz R. Glutathione and immune function. Proc Nutr Soc. 2000;59(4):595–600. doi:10.1017/s0029665100000847
  2.  Ghezzi P. Role of glutathione in immunity and inflammation in the lung. Int J Gen Med. 2011;4:105–113. Published 2011 Jan 25. doi:10.2147/IJGM.S15618Sadowska AM. N-Acetylcysteine mucolysis in the management of chronic obstructive pulmonary disease. Ther Adv Respir Dis. 2012;6(3):127–135. doi:10.1177/1753465812437563
  3.  Tse HN, Raiteri L, Wong KY, et al. High-dose N-acetylcysteine in stable COPD: the 1-year, double-blind, randomized, placebo-controlled HIACE study. Chest. 2013;144(1):106–118. doi:10.1378/chest.12-2357
  4.  Santus P, Corsico A, Solidoro P, Braido F, Di Marco F, Scichilone N. Oxidative stress and respiratory system: pharmacological and clinical reappraisal of N-acetylcysteine. COPD. 2014;11(6):705–717. doi:10.3109/15412555.2014.898040
  5.  Matera MG, Calzetta L, Cazzola M. Oxidation pathway and exacerbations in COPD: the role of NAC. Expert Rev Respir Med. 2016;10(1):89–97. doi:10.1586/17476348.2016.1121105
  6.  Ayfer Aytemur Z, Baysak A, Ozdemir O, Köse T, Sayiner A. N-acetylcysteine in patients with COPD exacerbations associated with increased sputum. Wien Klin Wochenschr. 2015;127(7-8):256–261. doi:10.1007/s00508-014-0692-4
  7.  Kalyuzhin OV. Effect of N-acetylcysteine on mucosal immunity of respiratory tract. Ter Arkh. 2018;90(3):89–95. doi:10.26442/terarkh201890389-95
  8.  Fundam Clin Pharmacol. 2018 Nov 24. doi: 10.1111/fcp.12437. (NAC and Acetaminophen)
  9.  Fisher ES, Curry SC. Evaluation and treatment of acetaminophen toxicity. Adv Pharmacol. 2019;85:263–272. doi:10.1016/bs.apha.2018.12.004
  10.  Su W, Zhang Y, Zhang Q, et al. N-acetylcysteine attenuates myocardial dysfunction and postischemic injury by restoring caveolin-3/eNOS signaling in diabetic rats. Cardiovasc Diabetol. 2016;15(1):146. Published 2016 Oct 12. doi:10.1186/s12933-016-0460-z
  11.  Bartekova M, Barancik M, Ferenczyova K, Dhalla NS. Beneficial Effects of N-acetylcysteine and N-mercaptopropionylglycine on Ischemia Reperfusion Injury in the Heart. Curr Med Chem. 2018;25(3):355–366. doi:10.2174/0929867324666170608111917
  12. Zaki SM, Abdalla IL, Sadik AOE, Mohamed EA, Kaooh S. Protective Role of N-Acetylcysteine on Isoprenaline-Induced Myocardial Injury: Histological, Immunohistochemical and Morphometric Study. Cardiovasc Toxicol. 2018;18(1):9–23. doi:10.1007/s12012-017-9407-1
  13. Marian AJ, Tan Y, Li L, et al. Hypertrophy Regression With N-Acetylcysteine in Hypertrophic Cardiomyopathy (HALT-HCM): A Randomized, Placebo-Controlled, Double-Blind Pilot Study. Circ Res. 2018;122(8):1109–1118. doi:10.1161/CIRCRESAHA.117.312647
  14.  Gunturk EE, Yucel B, Gunturk I, Yazici C, Yay A, Kose K. The effects of N-acetylcysteine on cisplatin induced cardiotoxicity. Bratisl Lek Listy. 2019;120(6):423–428. doi:10.4149/BLL_2019_068
  15.  Bauer IE, Green C, Colpo GD, et al. A Double-Blind, Randomized, Placebo-Controlled Study of Aspirin and N-Acetylcysteine as Adjunctive Treatments for Bipolar Depression. J Clin Psychiatry. 2018;80(1):18m12200. Published 2018 Dec 4. doi:10.4088/JCP.18m12200
  16. Miyake N, Miyamoto S. Nihon Shinkei Seishin Yakurigaku Zasshi. 2016;36(2):29–35.
  17.  Rapado-Castro M, Dodd S, Bush AI, et al. Cognitive effects of adjunctive N-acetyl cysteine in psychosis. Psychol Med. 2017;47(5):866–876. doi:10.1017/S0033291716002932
  18.  Adeoye O, Olawumi J, Opeyemi A, Christiania O. Review on the role of glutathione on oxidative stress and infertility. JBRA Assist Reprod. 2018;22(1):61–66. Published 2018 Mar 1. doi:10.5935/1518-0557.20180003
  19.  Nemati M, Nemati S, Taheri AM, Heidari B. Comparison of metformin and N-acetyl cysteine, as an adjuvant to clomiphene citrate, in clomiphene-resistant women with polycystic ovary syndrome. J Gynecol Obstet Hum Reprod. 2017;46(7):579–585. doi:10.1016/j.jogoh.2017.07.004
  20.  Jannatifar R, Parivar K, Roodbari NH, Nasr-Esfahani MH. Effects of N-acetyl-cysteine supplementation on sperm quality, chromatin integrity and level of oxidative stress in infertile men. Reprod Biol Endocrinol. 2019;17(1):24. Published 2019 Feb 16. doi:10.1186/s12958-019-0468-9
  21. Dludla PV, Dias SC, Obonye N, Johnson R, Louw J, Nkambule BB. A Systematic Review on the Protective Effect of N-Acetyl Cysteine Against Diabetes-Associated Cardiovascular Complications. Am J Cardiovasc Drugs. 2018;18(4):283–298. doi:10.1007/s40256-018-0275-2
  22. Dludla PV, Mazibuko-Mbeje SE, Nyambuya TM, et al. The beneficial effects of N-acetyl cysteine (NAC) against obesity associated complications: A systematic review of pre-clinical studies. Pharmacol Res. 2019;146:104332. doi:10.1016/j.phrs.2019.104332